Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Semarang - Patung Dewi Keadilan di kampus Universitas Negeri Semarang (Unnes) memegang burung Garuda Pancasila, bukan timbangan. Padahal kebanyakan, Dewi Keadilan memegang palu sebagai simbol keadilan.
"Ini indikator ada keigginan besar akademisi khususnya Unnes Semarang mengaplikasikan nilai-nilai Pancasila dalam pendidikan hukum. Sesuatu yang harus diapresiasi," kata ahli hukum Universitas Trisakti, Abdul Fickar Hadjar kepada detikcom, Jumat (13/7/2018).
Adapun menurut pengajar Universitas Udayana, Bali, Jimmy Usfunan menilai masih adanya persoalan pendekatan Pancasila dalam penyusunan kebijakan-kebijakan pendidikan hukum yang masih belum diakomodir dengan baik. Oleh sebab itu, Pancasila tidak hanya, dimaknai dalam pendekatan penegakan hukum semata dalam proses peradilan.
"Melainkan diperlukan dalam pembangunan hukum yang tentunya harus dikaitkan dengan penyusunan kurikulum pendidikan, dimana mata kuliah harusnya dilihat dari perspektif Pancasila," ujar Jimmy.
Jimmy mencontohkan perlunya Hukum Tata Negara berbasis Pancasila, Hukum Pemilihan Umum berbasis Pancasila, dan lainnya. Sehingga menghadirkan orang-orang hukum yang mengamalkan dan menghayati nilai Pancasila.
"Memahami keadilan dalam hukum, tidak boleh hanya dengan pendekatan komparatif semata, dengan mengabaikan kajian terhadap nilai-nilai filosofis bangsa yang terkandung dalam Pancasila," cetus Jimmy.
Lalu darimanakah simbol Dewi Keadilan itu lahir? Ia lahir dari mitologi Yunani. Dia digambarkan dengan wajah yang tenang, membawa timbangan dan pedang bermata dua, dan sejak tahun 1500-an dia ditampilkan dengan mata tertutup. dtc