Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Seorang petani di Desa Laubaleng, Kecamatan Laubaleng, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara (Sumut) berhasil mencetak produksi 9 ton jagung pipil kering. Capaian produksi itu merupakan tertinggi yang pernah diraih petani jagung yang menanam jagung di lahan gambut.
"Lahan yang kami tanami ini adalah lahan gambut. Sebelumnya, lahan saya ini diusahai orang lain atau disewa. Tetapi hasil yang diperoleh hanya berkisar 5ton per hektare pipil kering. Tapi setelah saya yang tanam, produksinya naik menjadi 9 ton per hektare pipil kering," kata Agian Naibaho (61), petani jagung di Desa Laubaleng, Karo, Senin (16/7/2018).
Menurut Naibaho, pada Maret lalu, dia menanam jagung seluas satu hektare dengan menggunakan benih bantuan pemerintah, yakni varietas Bisi 2 dan Bisi 18 sebanyak 17,5 kg.
Untuk pupuk dasar, Naibaho menggunakan pupuk subsidi jenis urea dan NPk Phonska masing-masing sebanyak 200 kg. Kemudian, pada saat tanaman berumur 1,5 bulan, diberikan pupuk lanjutan yakni urea dan NPK Phonska.
Hanya, takar atau dosisnya tidak sama. Urea 5 sak dan NPK phonska 3 sak (satu sak ukuran 50 kg).
"Tetapi pada umur satu bulan, saya memberikan pupuk tambahan berupa jet grow 007, berupa pupuk mikro cair yang disemprotkan pada daun. Dosisnya hanya satu liter untuk satu hektare dan itupun saya berikan sekali saja," terang Naibaho.
Dari situlah, Naibaho mengaku, produksi jagung yang diperolehnya pada panen Juni lalu sangat tinggi, mencapai 9 ton per hektare.
"Itu jagung pipil kering ya, nggak ikut tongkol. Makanya petani lain pada heran, kenapa hasil panen jagung saya bisa setinggi itu," katanya.
Usai panen, pihaknya, kata Naibaho, langsung melakukan penanaman jagung kembali. Namun, karena lahan yang digunakan adalah lahan gambut, maka sistem pertanaman dilakukan dengan cara TOT (tanpa olah tanah).
Jadi ditugal dan langsung ditanam. "Kalau lahan gambut tidak bisa ditraktor karena banyak akar atau kayu di dalam tanah. Makanya kita pakai sistem TOT," kata Naibaho sembari menyebutkan saat ini tanaman jagungnya telah memasuki umur satu bulan.
"Pemberian pupuk tetap sama tetapi untuk pertanaman kedua ini, saya akan menyemprotkan pupuk jet grow 007 sebanyak dua kali. Pertama sudah saya semprotkan saat tanaman berumur tiga minggu dan kedua nanti saat tanaman berumur 1,5 bulan," ujarnya.
Untuk varietas menurut Naibaho, dirinya menggunakan varietas bisi 226 dan itu juga bantuan benih gratis dari pemerintah.
"Saya berharap dengan penyemprotan jet grow 007 dua kali, produksi yang akan saya peroleh bisa lebih tinggi lagi," kata Naibaho yang juga menggunakan pupuk jet grow pada tanaman cabainya..
Mengenai harga jual jagung di Karo, Naibaho mengatakan, saat ini jagung petani dihargai berkisar Rp 3.100 per kg. Harga tersebut kata dia, belum sebanding dengan besarnya biaya produksi yang dikeluarkan petani. Namun, karena benih tidak dibeli dan pupuk yang diberikan juga subsidi, harga tersebut cukup memadai.
"Biaya produksi mulai tanam sampai panen dan pemipilan berkisar Rp 8,5 juta per hektare. Upah tenaga kerjanya yang mahal, berkisar Rp 120.000 per orang per hari untuk tenaga laki-laki, sedangkan tenaga perempuan Rp 80.000 per hari per orang,' jelasnya.