Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Di depan anggota Polri, Presiden ke-3 Republik Indonesia BJ Habibie menjelaskan soal ilmu membuat hidup lebih produktif. Sinergi antara budaya bekerja keras dan sikap ikhlas sesuai ajaran agama menjadi dasar ilmu itu.
"Dari mana kita dapat sifat produktif atau efisien? Dari proses pembudayaan dan pendidikan. Apa itu pembudayaan? Pembudayaan adalah sinergi positif antara budaya dan agamanya masing-masing," kata BJ Habibie dalam acara Bedah Buku Mr Crack dari Parepare di STIK/PTIK, Jl Tirtayasa, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (19/7).
Buku berjudul Mr Crack dari Parepare adalah biografi BJ Habibie. Peserta bedah buku sendiri merupakan peserta didik Sekolah Pemimpin Tinggi (Sespimti) Polri Tahun Ajaran 2018.
Habibie menggambarkan pentingnya proses pembudayaan kepada para calon perwira tinggi kepolisian, dengan perbandingan.
"Ada yang dapat masalah, berhari-hari dia coba selesaikan. Ada orang dapat masalah, dalam 24 jam dia pelajari, selesai. Bisa saja dua-duanya berpendidikan sama, S1, S2, S3. Jadi masalahnya waktu yang diberikan kepada tiap manusia di muka bumi ini 24 jam sehari. Anda ngapain aja selama itu? Tidur? Kerja? Kerja ngapain? Kerja untuk siapa? Hasilnya apa? Siapa yang menikmati? Bagaimana caranya?" ujar Habibie.
Habibie menuturkan kesuksesan seseorang tak lepas dari apa yang dilakukan orang tersebut sebelumnya. "Kenapa Anda yang berpendidikan sama, satu nggak maju-maju, satu maju? Apa itu tidak adil? Karena prestasi karena jejak-jejak Anda ternyata. Jadi harus produktif, efisien," tutur Habibie.
Habibie mencontohkan apa yang dia maksud sinergi positif dengan perumpamaan matematika. Sinergi positif semacam ini bisa menghasilkan hal yang lebih produktif tanpa korupsi.
"Sinergi positif misalnya 1+1 = 2. Tapi kalau Anda begitu hebat pemikirannya, Anda bisa menjadikan 1+1 = 2 juta, karena Anda inovatif, efektif tanpa korupsi. How to do it? Datangnya dari proses pembudayaan. Sejak bayi dalam kandungan ibu sampai dia nafas terakhir seperti orang tua, dia belajar dari lingkungan budaya dan menentukan perilaku," kata Habibe.
Profesor Indria Samego dari LIPI, yang hadir sebagai pembedah buku Mr Crack dari Parepare berpendapat ada pesan-pesan membangun yang dia dapat dari perjalanan hidup BJ Habibie.
"Komitmen untuk menyelesaikan persoalan itu hanya bisa terwujud kalau ada keikhlasan. Just do it. Saya kira kita ingatkan pada generasi penerus bangsa untuk bekerja dengan ikhlas, penuh komitmen dan menyelesaikan persoalan sampai tuntas. Bukan asal selesai, asal-asalan," ucap dia.
Direktur Wahid Foundation Institute Yenny Wahid, yang juga hadir sebagai pembedah buku, menyebut BJ Habibie adalah pemimpin yang membuka seluas-luasnya kebebasan berpendapat dan berekspresi.
"Pak Habibie ini membuka ruang sebesar-besarnya untuk kebebasan berpendapat, berekspresi. Tapi beliau malah jadi korban pertama dari kebebasan berekspresi dan berpendapat tersebut. Kalau beliau mau menutup keran kebebasan itu lagi, bisa saja. Tapi beliau tidak melakukan itu, beliau menerima dengan lapang dada," terang Yenny.
Sementara itu Makmur Makka yang menjadi penulis buku ini mengaku kesan yang dia dapat dari sosok BJ Habibie adalah seorang yang gigih dan fokus pada pembangunan sumber daya manusia (SDM).
"Pak Habibie tidak pernah mau menyerah. Kalau ada proposal yang kita buat dan itu gagal, ia akan ulang lagi besoknya, besoknya sampai proposal diterima. Dan menurut saya itu memperlihatkan kegigihan beliau," kata Makmur.
"Saya berkali-kali mendengar beliau dalam ceramah dan wawancara. Ada salah persepsi, banyak masyarakat itu kenapa selalu mengambil contoh (BJ Habibie diidentikan dengan) pesawat terbang . Bagi beliau bukan pesawat terbangnya, tapi bagaimana beliau terobsesi manusia Indonesia itu pintar. Itu aja sebenarnya yang beliau tekankan," imbuh Makmur.
Buku Mr Crack dari Parepare diterbitkan Republika dengan tebal 492 halaman. Dalam halaman 479, Habibie membagikan lima prinsip hidupnya.
"Dalam hidup saya, saya memiliki lima prinsip. Bekerja keras-work very hard, be rational, be fair, do low profile and never ever be hero. Jangan mau jadi pahlawan," kata Habibie dalam bukunya.(dtc)