Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Sleman - Eks atlet Judo nasional, Ismail, diciduk Densus 88 Antiteror di Jalan Perumnas Condongsari, Depok, Sleman, Rabu (18/7) lalu. Ismail ternyata atlet berprestasi, meraih medali perak pada PON 2004 dan medali emas PON 2008. Mantan pelatih Ismail, Pradipto mengaku kaget anak didiknya itu diciduk Densus.
"Waktu itu saya yang jadi pelatih pendampingnya, saya tahu persis dia, waktu saya juga jadi ketua Pengda (Judo DIY) 2008-2012," kata Pradipto, saat dihubungi detikcom, Jumat (20/7/2018).
Di matanya, Ismail termasuk sosok atlet pantang menyerah, mandiri, dan memiliki tekad kuat meraih prestasi. Pradipto mengungkapkan saat gelaran PON 2008, dia tidak menargetkan Ismail menggondol medali apapun. Karena waktu itu persiapan tergolong seadanya dan dengan dana yang terbilang terbatas.
"Tapi dia mau latihan mandiri, latihan siang hari. Akhirnya dia bisa sabet medali emas, sangat luar biasa dan menjadi kejutan bagi tim pelatih dan kontingen DIY," jelasnya.
Selepas gelaran PON 2008, lanjut Pradipto, Pengda Judo DIY menjadikan Ismail sebagai ikon pembinaan atlet Judo. Menurut Pradipto, hal itu buka tanpa alasan.
"Kami dari pengurus waktu itu menjadikannya jadi ikon pembinaan Judo di DIY. Dia bisa mengangkat dan mengharumkan nama Judo DIY, termasuk masyarakat DIY," ujarnya.
Pradipto menambahkan, saat itu Ismail berusia sekitar 36 tahun. Ada satu atlet Judo junior yang juga dikirim mengikuti PON 2008.
"Waktu itu (atlet junior) ikut ke PON untuk menambah jam terbang, dia tidak mendapatkan medali. Tapi bisa berlatih bersamanya (Ismail), mengikuti pola latihan mandiri Ismail, akhirnya (atlet junior itu) bisa masuk pelatnas dan seleksi Asian Games 2018. Ya karena termasuk itu (dididik Ismail)," terangnya.
Pradipto melanjutkan, setelah PON 2008, Ismail minta izin kepadanya untuk mengurangi aktivitas di dunia Judo. Kala itu, Ismail beralasan ingin membuka bisnis warung makan. Pradipto mengaku terakhir bertemu dengan Ismail awal 2011.
"Kan dapat bonus dari medali emas PON itu, Rp 100 juta, dipakai untuk modal. Ya saya persilakan, karena saat itu juga ada rekrutmen PNS bagi atlet berprestasi tapi dia memilih tidak mengambilnya, pilih jualan," imbuhnya.
Namun ketika persiapan kontingen Judo DIY menuju PON 2012, Pradipto mendapat kabar Ismail sempat diperbantukan sebagai pelatih.
"Yang saya dengar seperti itu, karena saya sudah tidak lagi jadi pengurus. Kayaknya masuk dalam tim pelatih, ya karena prestasinya itu diminta membantu melatih sampai tahun 2015, setelah itu off," pungkas Pradipto yang kembali terpilih sebagai Ketua Pengda Judo DIY periode 2017-2021.
"Saya dapat kabar tadi malam (Ismail diciduk Densus), saya syok ketika dapat kabar itu. Heran saja kenapa bisa jadi berubah begitu. Setahu saya orangnya baik dan punya keinginan berprestasi," imbuh Pradipto. dtc