Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Facebook menyurati Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara, dimana isinya menjelaskan bahwa tak ada penyalahgunaan data pengguna oleh pihak ketiga, yakni Cambridge Analytica.
Sebagai informasi, sejak penyalahgunaan data pengguna pribadi oleh Cambridge Analytica menyeruak ke permukaan, dilaporkan ada 87 juta pengguna secara global yang terkena dampaknya. Dari 87 juta tersebut, satu jutanya berasal dari Indonesia.
"Jadi, Facebook mengirimkan surat kepada saya yang menyampaikan tidak ada pengguna Indonesia yang terdampak oleh Cambridge Analytica," kata Rudiantara ditemui di rumah dinasnya, Jakarta, Jumat malam (20/7).
Menkominfo menuturkan berdasarkan informasi yang diterima, otoritas Inggris yang melakukan penyelidikan terhadap kasus Cambridge Analytica, menyatakan bahwa firma konsultan politik tersebut bersalah.
"Kemarin otoritas Inggris yang berwenang melakukan audit juga membuat pernyataan ada kesalahan dari Cambridge Analytica," ungkap pria yang disapa Chief RA ini.
Seiring berjalannya waktu, Cambridge Analytica pun dianggap bangkrut. Dalam pernyataannya, Cambridge Analytica mengatakan mereka menjadi bahan 'olok-olok' dan dipersalahkan, padahal apa yang mereka lakukan adalah hal yang tidak melanggar hukum dan sudah merupakan kebiasaan yang dilakukan di dunia periklanan.
Perusahaan itu mengatakan pemberitaan buruk berkenaan dengan mereka membuat mereka kehilangan pelanggan dan pemasok, sehingga harus berhenti beroperasi.
Yang terjadi adalah Cambridge Analytica mencari informasi dari Facebook untuk membuat profil psikologis para pemilih di Amerika Serikat, dan perusahaan tersebut disewa oleh tim kampanye Presiden Donald Trump di tahun 2016.
Perusahaan ini mampu mengumpulkan data dengan cepat dalam jumlah besar, menggunakan app yang berbentuk tes kepribadian. App itu berhasil mengumpulkan data dari 87 juta akun Facebook, bahkan dari mereka yang tidak mengunduh app itu sendiri.
Setelah terbongkarnya hal tersebut, Facebook sekarang memperketat aturan mengenai pengumpulan data.
"Pemberitaan media telah membuat semua pelanggan dan pemasok kami lari. Sebagai akibatnya, kami tidak bisa lagi berfungsi baik sebagai sebuah bisnis," kata Cambridge Analytica dalam pernyataan. (dtn)