Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Garut - Lembaga pemasyarakatan tidak selalu menjadi tempat penghakiman pelaku tindakan kriminal. Di sisi lain, lapas justru menjadi 'rumah' untuk mereka membenahi diri. Gambaran ini yang diperlihatkan para warga binaan Lapas Kelas 2B Garut.
Ratusan warga binaan di lapas yang terletak di Jalan Kyai Haji Hasan Arief ini menimba ilmu di Pondok Pesantren Terpadu Taubatul Mudznibiin. Setahun belakangan ini, para napi setiap harinya belajar di pesantren yang terletak di dalam lapas tersebut.
Kepala Lapas Garut Ramdani Boy mengaku sengaja mendirikan pondok pesantren yang dipimpin ustaz dan ulama asal Garut di dalam lapas agar para warga binaan bisa mendalami ilmu agama dan memperbaiki dirinya.
"Kami bentuk warga binaan dengan berbasis lapas pesantren. Jadi lebih manusiawi," ujar Ramdani kepada wartawan di Lapas Garut, Minggu (22/07/2018).
Saat ini ada sebanyak 590 warga binaan di Lapas Garut. 280 di antaranya terdaftar sebagai santri di pondok pesantren itu. Salah satunya adalah Wawan Setiawan yang sempat menghebohkan Garut pada 2017 lalu lantaran membuat surat solat menghadap timur dan mengaku sebagai panglima angkatan darat Negara Islam Indonesia (NII).
Di ponpes, para napi dibekali beragam ilmu dari para ustaz dan ulama. Mulai dari membaca Al-Quran hingga memahami hadist dan ilmu agama lainnya."Pesantren ini bisa menjadi pembinaan berkesinambungan," ungkap dia.
Ramdani berharap dengan adanya pesantren khusus napi tersebut, para warga binaan bisa tersadar dan menjadi pribadi yang lebih baik saat keluar dari jeruji besi.
"Selain yang muslim, yang non muslim pun kami beri kesemptan untuk berubah menjadi lebih baik. Merek di tempatkan di tempat bimbingan kerja," ujar Ramdani. dtc