Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Ibu hamil lebih berisiko menderita infeksi saluran kemih. Hal ini disebabkan salah satunya oleh pengaruh hormonal,selain itu kondisi kehamilan yang semakin membesar sehingga rahim dapat menekan saluran kemih, yang membuat sering buang air kecil, juga dapat meningkatkan risiko infeksi ini.
Menyadari kondisi tersebut Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) USU, menggelar Pengabdian Masyarakat dengan tema: Deteksi Dini Infeksi Saluran Kemih Tanpa Gejala Pada Ibu Hamil di Kecamatan Medan Selayang.
Peserta seluruhnya dari Kelurahan PB Selayang 2. Pengabdian masyarakat ini sudah dilaksanakan selama 3 tahap, yakni sejak Mei-Juli 2018.
"Jika tidak menjaga higienitas organ reproduksinya maka akan mempermudah bakteri yang berada normal di daerah sekitar anus akan berpindah ke uretra yang merupakan bagian paling luar dari saluran kemih. Di uretra sebenarnya ada flora normal, yakni bakteri baik yang berfungsi untuk memcegah bakteri tidak baik menimbulkan penyakit," kata Ketua Tim Pengabdian Masyarakat dr Sri Amelia MKes didampingi Anggota dr Tetty Aman Nasution MMedSc,dr Dian Wahyuni SpMK, dan dr Rina Yunita SpMK kepada MedanBisnisDaily.Com, usai acara, di Kantor Kelurahan PB Medan selayang, Selasa (24/7/2018).
Tetapi, lanjutnya, jika flora normal berpindah posisi ke atas (saluran kemih) dalam kondisi lembab atau karena hormonal pada ibu hamil, maka akan naik ke atas yang menyebabkan infeksi kandungan kemih.
"Jika sudah infeksi, maka bakterinya akan kemana-mana, sehingga menyebabkan akan terjadi kontraksi dini pada ibu hamil, kelahiran prematur, kematian janin, berat badan bayi yang lahir tidak normal dan sebagainya," jelasnya.
Karena itu, pihaknya, mengedukasi para ibu hamil, bagaimana cara menjaga kebersihannya organ reproduksi serta cara mencegah infeksi saluran kemih agar tidak dapat mempengaruhi keadaan kandungannya.
Adapun, tambah dr Sri, dari hasil pemeriksaan, dan kali ini adalah tahap ke-3. Tahap pertama memberikan sosialisasi terhadap pengabdian masyarakat ini, supaya para ibu lebih peduli menjaga higienitas daerah pribadinya tersebut. Kemudian, tahap kedua, pihaknya telah mengambil urin para ibu hamil tersebut, lalu dibawa ke laboratorium untuk dinilai apakah dijumpai kuman penyebab infeksi saluran kemih atau tidak.
"Kebetulan, kita juga berasal dari Departemen Mikro Biologi, sehingga memeriksa sendiri urin-urin yang dikumpulkan," ujarnya.
Dari hasil penelitian, katanya, 33 orang ibu hamil, ada 16 orang ada bakteri urinnya secara signifikan (bakteri urea signifikan). Dengan persentase 40%. Bakteri di urin, jika ditemukan di bawah 100 ribu (colony forming unit), masih dianggap normal. Namun, dari 16 orang tersebut ditemukan di atas 100 ribu jumlah bakeri didalam urinnya. Jika begitu diidentifikasi jumlah kuman-nya signifikan artinya siibu mengalami infeksi saluran kemih walaupun tanpa gejala.
"Gejala ibu hamil, akan berulangkali ke toilet. Karena jika bakteri banyak akan merangsang kandung kemih untuk berkontraksi karena respon terhadap adanya infeksi," paparnya.
Dikatakannya, sebenarnya infeksi ini, bisa juga terjadi kepada wanita tidak hamil atau bahkan pria sekalipun, gejala umunya yang paling sering dialami oleh orang yaitu awamnya anyang-anyangan, yakni buang air kecil, namun tidak puas (plong). Kemudian, rasa sakit waktu berkemih dan rasa panas. Jika tidak bisa menahan buang air kecil juga bisa termasuk infeksi saluran kemih.
"Solusinya jika terkena penyakit ini, maka harus diobati segera kunjungi dokter. Biasanya akan diberikan antibiotik. Jika ibu hamil diberikan antibiotik maka obatnya haruslah yang aman untuk janin dan tidak diminum dalam jangka panjang," tukasnya.
Sementara itu, dr Tetty menambahkan, dalam infeksi saluran kandung kemih, ada istilah tidak ada gejala (asimtomatis). Jika ini yang terjadi maka harus di screening. Dan ini harus dilakukan pemeriksaan berkala.
Seharusnya, katanya, disitulah dilakukan pemeriksaan urin. Tetapi ini bukan sifatnya wajib, namun tetap diberikan edukasi kepada ibu-ibu hamil ini agar mereka bisa faham, baik ada gejala maupun tidak.
"Kita juga menyarankan agar melakukan pemeriksaan 1 kali selama 9 bulan dalam masa kehamilan sebagai pencegahan," ujarnya.