Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Pembina Penggerak Budaya Nusantara KH Ahmad Sugeng Utomo menyatakan, saat ini merupakan eranya zaman digitalisasi dan globalisasi. Dimana kata dia, semua hal akan dihadapkan dengan satu keadaan tak terbatas khususnya paham radikalisme, yang tidak bisa dikendalikan siapapun termasuk oleh pemerintah.
"Sehingga budaya yang berkembang akan mudah sekali untuk diikuti. Maka pesantren harus menjadi titik pertahankan terakhir," ungkapnya dalam pengajian kebangsaan dan pentas budaya di Pesantren Al-Kautsar Al-Akbar Jalan Pelajar Medan, Selasa (24/7/2018) malam.
Karenanya dalam pengajian yang bertemakan 'Membangun Semangat Pancasila di Era Zaman Now' tersebut, Sugeng berharap, agar semua pihak bisa mengendalikan diri. Hal ini agar tidak mudah terbawa situasi oleh setiap hal dalam arus digitalisasi.
"Dahulu orang belajar akhlak itu tempatnya di sekolah atau pesantren. Tapi sekarang hanya dari handphone. Makanya dari itu kita ingin merubah itu semua, sehingga bangsa kita tetap utuh," pungkasnya.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Sumut HM Fitriyus mengatakan, Provinsi Sumut terdiri dari berbagai etnis. Sehingga sebut dia, Provinsi ini termasuk sebagai tolak ukur Indonesia.
Akan tetapi, sambung Fitriyus, kemajuan Ilmu Teknologi (IT) justru lebih hebat dari Ilmu Pengetahuan. Apalagi rata-rata pengguna internet adalah kelompok masyarakat yang lahir diatas era 80an. Malah menurut hasil survey, anak-anak lebih dekat dengan handphonenya ketimbang keluarganya.
"Untuk itulah pemerintah harus dapat menangkal radikalisme. Kalau tidak dari pesantren ya dimana lg?. Kalau dari pendidikan umum bisa bebas. Tapi kalau pesantren bisa juga tembus entah bagaimana lagi," tandasnya.
Sementara itu, Staf Ahli Menkominfo Bidang Komunikasi dan Media Massa Gun Gun Siswadi menyampaikan, bahwasanya dunia memang sudah memasuki abad informasi. Sehingga patokan dari setiap hal tentunya adalah informasi.
"Tapi informasi itu banyak, ada yang valid tapi banyak juga yang hoax. Informasi hoax ini bisa memporakporandakan Indonesia. Inilah yang harus dihadapai bersama agar bersatu padu dari Sabang sampai Merauke," ujarnya.
Karenanya tegas Gun Gun, informasi itu harus terlebih dahulu di analisis sumbernya dari mana. Jangan sampai malah ikutan menshare informasi hoax yang belakangan ini malah banyak menimbulkan kasus hukum.
"Untuk itu kita harus mengedepankan etika dalam bermedia sosial (medses). Informasi itu harus kita saring dulu sebelum di sharing. Bijak lah dalam bermedsos," pungkasnya.
Pengajian kebangsaan dan pentas budaya ini juga dihadiri oleh seluruh santri dari pesantren Al-Kautsar Al-Akbar. Sebelumnya juga dilakukan deklarasi masyarakat anti hoax yang dipimpin oleh Wadir Binmas Polda Sumut AKBP Parluatan Siregar.