Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Misi dagang Indonesia ke Amerika Serikat (AS) pada 21 hingga 27 Juli 2018 berhasil mencatatkan kerja sama perdagangan US$ 1,013 miliar.
Ketua Umum Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI), Khairul Mahalli mengungkapkan, dalam misi dagang tersebut, pelaku usaha Indonesia dan AS menandatangani nota kesepahaman kerja sama di sektor baja, tekstil, dan produk tekstil (kapas), kedelai, gandum, holtikultura (buah-buahan seperti jeruk, apel dan anggur), serta investasi produk dairy.
"Misi dagang ini dipimpin langsung oleh Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita dan GPEI tergabung di dalamnya," kata Khairul kepada medanbinsisdaily.com, Senin (30/7/2018).
Dikatakannya, kunjungan tersebut sebagai upaya menjaga hubungan bilateral kedua negara semakin lebih baik di tengah perang dagang AS dengan sejumlah negara, terutama China.
Apalagi, kata dia, saat ini pemerintah AS tengah mengambil sejumlah kebijakan proteksionisme yang diprediksi bakal memukul kinerja ekspor Indonesia ke Negeri Paman Sam itu. "Belum lagi dengan kenaikan tarif impor atau bea masuk masuk yang baru-baru ini diambil pemerintah AS," katanya.
Dalam kunjungan kerja ke AS tersebut, tambahnya, Menteri Perdagangan juga menggalang dukungan berbagai kalangan bagi keterbukaan akses pasar Indonesia. Mendag antara lain menemui asosiasi importir AS, asosiasi tekstil AS, hingga anggota kongres AS.
Langkah tersebut dilakukan sehubungan rencana pemerintah AS yang akan meninjau kembali pemberian fasilitas Generalized System of Preferences (GSP) untuk Indonesia dan upaya melobi pengecualian bagi Indonesia atas pengenaan kenaikan tarif impor produk besi baja dan aluminium AS.
Adapun produk Indonesia yang selama ini menggunakan skema GSP AS antara lain karet, ban mobil, perlengkapan perkabelan kendaraan, emas, asam lemak, perhiasan logam, aluminium, sarung tangan, alat musik, pengeras suara, keyboard, dan baterai.