Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Pasca resmi mengoperasikan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) dan meluncurkan Layanan Lumpur Tinja Terjadwal (L2T2) akhir 2017 lalu, PDAM Tirtanadi terlihat serius akan membidik peluang bisnis dari pengolahan tinja. Tidak hanya persoalan pendapatan semata namun jauh dari pada itu mengingat dampak pencemaran lingkungan yang ditimbulkan akibat limbah tinja yang tidak terkelola secara baik khususnya di daerah perkotaan yang padat.
Terkait hal ini Direktur Air Limbah PDAM Tirtanadi Sumut, Heri Batang Hari Nasution ketika membuka diskusi tersebut mengatakan pentingnya Iayanan sanitasi terpadu untuk mendukung upaya penyehatan lingkungan di Provinsi Sumatera Utara.
“Kita tahu bahwa sanitasi penting bagi kesehatan dan kehidupan sehari-hari. L2T2 berperan penting dalam menjaga lingkungan karena salah satu penyebab pencemaran lingkungan adalah tangki septik yang tidak kedap sehingga lumpur tinia dan air limbah domestik dapat merembes ke tanah dan sumber air,” ujar Heri saat Diakusi Tematik terkait Santitasi di IPAL Cemara Selasa (31/7/2018).
Dikatakannya, hanya 5 persen lumpur tinja dan hanya 1 persen air limbah yang dihasilkan masyarakat dikumpulkan dan diolah dengan benar, menyebabkan kekhawatiran akan dampak kesehatan dan lingkungan. Dijelaskannya saat ini dari 500 ribu KK di Kota Medan yang telah menjadi konsumen pengolahan limbah melalui pipa pembuangan air limbah yang terkineksi ke IPAL Cemara baru sekitar 19 ribu KK. Selebihnya tidak diketahui kondisi Septik Tank nya apakah sandart maupun kemana pembuangan limbah Tinja tersebut dibuang. Apalagi diketahui bahwa disejumlah lokasi ada terpampang layanan sedot tinja.
"Sementara perharinya diluar konsumen yang 19 ribu itu hanya sekitar delapan kubik atau dua truck tangki yang masuk mengantarkan limbah tinja ke Ipal ini. Jadi masyarakat yang menggunakan jasa sedot tinja itu tidak tau kita kemana buangnya. Kita khawatir dibuang kesembarang tempat dan turut menyumbangkan pencemaran lingkungan, "ujar Heri.
Dalam kesempatan tersebut Heri yang didampingi Kepala IPAL Cemara, Fauzan Nasution mengatakan bahwa kapasitas IPAL adalah 60 kubik perharinya. Mengingat pentingnya mengantisipasi pencemaran lingkungan dari limbah tinja IUWASH Plus terus mendorong agar persoalan limbah ini diantisipasi secara maksimal. Salah satunya dalam waktu dekat ini akan ada Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan pihak Pemko Medan yang mengatur tentang siapa operator pengolahan limbah tinja maupun besaran tarif pengolahan limbah tinja.
"Semoga dalam waktu dekat ini PKS. Segera ditandatangani dengan Pemko Medan," ujarnya.
Sedangkan Plt Ketua Tim Pengembangan Pengelolaan Air Limbah PDAM Tirtanadi, Lokot Parlindungan Siregar menyebutkan pihaknya menyediakan sistim layanan sanitasi terpadu dan terintegrasi melalui sistem perpipaan. Hal itu menurutnya untuk mendukung penuh upaya pemerintah mensukseskan target akses universal 2019.
“Target tersebut yakni 100% akses air minum, 0% kawasan kumuh dan 100% akses sanitasi layak pada tahun 2019,” ujarnya. Pada kesempatan itu, Lokot mengatakan untuk LLTT akan dilakukan kerjasama Pemko dan Tirtanadi.
“Biaya pengurasan tangki septik dicicil setiap bulan selama 3 tahun dan dibayarkan bersamaan al" rekening air minum,” ujarnya
Seperti diketahui Program USAID Indonesia Urban Water, Sanitation, and Hygiene Penyehatan Lingkungan untuk Semua (IUWASH PLUS) merupakan sebuah inisiaif untuk mendukung Pemerintah Indonesia dalam meningkatkan akses air minum dan layanan sanitasi serta perbaikan perilaku hygiene bagi masyarakat miskin dan kelompok rentan di perkotaan. Dan tahun ini pihaknya fokus bahas sanitasi aman untuk provinsi Sumut.
Regional Manager USAID Iuwash Plus Sumut, Mohammad Yagi menyebutkan pembahasan sanitasi ini bekerja sama dengan instansi pemerintah, donor, pihak swasta, LSM, kelompok masyarakat dan mitra lainnya untuk mencapai hasil utama.
“Pencapaian kita adalah untuk meningkatan akses dalam kualitas layanan air minum yang Iebih baik bagi satu juta penduduk perkotaan, dimana 500.000 diantaranya adalah penduduk dengan 40% tingkat kesejahteraan terendah dari total populasi,” kata Yagi.
Dikatakannya, peningkatan akses untuk layanan sanitasi yang aman bagi 500.000 penduduk perkotaan dimana pada akhir tahun 20l7, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara secara resmi mengoperasikan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) dan meluncurkan program Layanan Lumpur Tinja Terjadwal (LLTT) di Kota Medan.
“IPLT tempat dimana lumpur tinja dapat ditampung juga diolah dan hasil pengurasan sebelum dibuang ke lingkungan agar tidak menimbulkan masalah lingkungan dan kesehatan. Lumpur diolah menjadi lumpur kering dan air olahan yang sudah aman dibuang ataupun dimanfaatkan kembali menjadi pupuk,” jelasnya.
Dikatakannya upaya kini didukung dengan program LLTT. Dimana pogram ini adalah suatu mekanisme pelayanan penyedotan lumpur tinja secara periodik atau terjadwal yang diterapkan pada sistem pengelolaan air limbah setempat yang diolah pada instalasi yang ditetapkan.
“Sayangnya, hingga saat ini masyarakat masih belum mengetahui pentingnya LLTT dalam mewujudkan sanitasi yang aman dan lingkungan yang sehat,” katanya.
Khusus di 5 wilayah pelayanan perpipaan (PDAM) yang menjadi pendampingan USAID IUWASH PLUS yaitu Kota Pematangsiantar dan Kota Sibolga telah mencapai akses peIayanan air minum tertinggi dan diikuti oleh Kota Medan, Kota Tebing Tinggi dan Kabupaten Deli Serdang.
“Dari 800.000 penduduk yang tinggal di kawasan perkotaan (IKK) Deli Serdang, jumlah pelanggan air minum baru mencapai 28.000 kepala keluarga,” ujarnya.
Beberapa prioritas utama kegiatan USAID IUWASH PLUS di tingkat Kabupaten dan Kota Sumatra Utara meliputi Audit Efisiensi Energi dan penanggulangan tingkat air tidak berekening (Non-Revenue Water/NRW). Studi Rencana Pengamanan Air Minum (RPAM) yang terdiri dari RPAM sumber, RPAM operator, dan RPAM konsumen.
“Kemudian fasilitasi SPAM regional Mebidang (Medan Binjai-Deli Serdang), dukungan dan promosi jamban sehat, tangki septik individual, IPAL Komunal, dan IPAL Kawasan melalui sinergi program bersama STBM, Kotaku, dan IDB Pamsimas. Fasiiitasi mekanisme kredit mikro untuk penyediaan air bersih dan sanitasi layak (penyediaan tangki septik kedap),” tuturnya.
Kemudian revitalisasi IPLT dan fasilitasi L2T2. Pengembangan institusi dan regulasi Unit Pelaksana Teknis Daerah Pengelola Air Limbah (UPTD PAL). Advokasi model perencanaan pembangunan WASH baik dengan pendekatan dari bawah ke atas dengan mendorong masyarakat dan pendekatan dari atas ke bawah melalui pendampingan teknis dalam pembangunan program 5 tahun WASH di perkotaan.