Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil rebound pada perdagangan Rabu (1/8/2018), setelah sebelumnya mengalami kejatuhan yang cukup dalam. Perdagangan hari ini, IHSG mampu menguat 1,63% atau naik 96 Poin di level 6.033.
"Level tertinggi IHSG hari ini berada di level 6.034 dan level terendah berada di level 5.945," jelas analis pasar modal Sumut Gunawan Benjamin, Rabu (1/8/2018).
Mayoritas saham yang tergabung dalam grup JII juga menguat dimana saham SMGR dan INTP menjadi pemberat utama saham JII dan IHSG. SMGR menguat sebesar 13% dan saham INTP menguat sebesar 5%.
Dengan kembalinya IHSG di level 6.000-an, pergerakannya kembali menguji level psikologisnya, apakah IHSG mampu bertahan dan mencetak rekor tertingginya kembali atau sebaliknya. Jika pada perdagangan kemarin aksi profit taking menghambat pergerakan IHSG, maka hari ini IHSG kembali menguat didukung oleh laporan kinerja emiten pada kuartal kedua.
Tak hanya itu, laporan inflasi bulan Juli 2018 yang masih terjaga yakni sebesar 0,28% juga turut mendongkrak penguatan IHSG hari ini.
Dari luar negeri, negosiasi Tiongkok dengan Amerika Serikat (AS) terkait tarif impor dan perang dagang juga disambut baik oleh investor. Pertemuan ini diyakini memberikan hasil yang positif. Karena tidak ada yang dapat diuntungkan jika perang dagang tersebut terus terjadi.
Disisi lain menjelang Asian Games yang akan dilakukan di Jakarta-Palembang pada tanggal 18 Agustus 2018, sedikit banyaknya juga turut memberikan pengaruh perekonomian Indonesia. "Diharapkan pemerintah dan emiten dapat diuntungkan dalam penyelenggaraan kegiatan ini. Kita sama-sama berharap kegiatan tersebut berjalan lancar serta dapat memberikan citra yang baik bagi mancanegara," kata Gunawan.
Sementara itu, nilai tukar rupiah hari ini kembali loyo terhadap dolar AS setelah sebelumnya menguat. Rupiah tercatat berada dikisaran Rp 14.433 per dolar AS.
Dolar AS saat ini bergerak mix terhadap sejumlah mata uang utama negara lainnya. Pengurangan stimulus moneter Eropa diyakini dapat menekan pergerakan dolar AS. Namun rencana The Fed yang memungkinkan akan menaikkan suku bunga acuannya dua kali lagi pada tahun ini memberikan kekuatan bagi dolar AS untuk tetap bertahan dalam pengutannya.