Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Mendengart nama Redha Benabdallah, mungkin tak banyak yang tahu. Namun tidak dengan kalangan jazz, nama Redha Benabdallah rupanya sudah mendunia.
Penampilannya pada Kamis malam (2/8/2018), di Chandra Kumala School menyuguhkan petikan khas pada oud-nya. Musikolog asal Prancis Aljazair itu mulai mempelajari musik Arab-Andalusia dan gitar klasik di Asosiasi 'El Qantara' Bourges di usia 9 tahun.
Kemudian ia melanjutkan studinya ke Konservatorium Musik Bourges. Dia mengatakannya kepada wartawan di AllianceFrancaise Medan, di Jalan Hassanudin, Kamis (2/8/2018). Setelah melewati ujian baccalaureat-nya, Redha masuk ke jurusan musikologi di Universitas Sorbonne, Paris. Lulus tahun 2009 Redha juga mengakhiri studi masternya pada 2011 dan mendapat gelar pHD Musicology tahun 2015.
Sebagai hadiah internasional pertama dari Kwitra pada tahun 2006 pada International Competition of Kwitra di International of Algiers, dia tampil dengan Albayn Ensemble di Prancis dan berbagai tempat di seluruh dunia atau dengan Algerian National Ensemble dari Andalusian Music di International Festival of Algiers.
Saat ini, Redha Benabdallah sedang mengembangkan pengetahuan musiknya dengan para artis jazz seperti Maher Beauroy atau Omri mor, penari tradisional, penari kontemporer atau teater untuk memperbaharui sudut pandang musik Arab-Andalusia.
Mengenai alat musik oud yang kerap dimainkannya. Oud adalah sejenis kecapi berleher pendek dengan 11 - 13 senar yang utamanya digunakan di Mesid, Suriah, Palestina, Libanon, Irak, Arab, Yahudi, Persia, Yunani, Armenia, Turki, Azerbaijan, Utara Afrika (Chaabi, klasik dan Spanyol-Andalusia), Somalia dan berbagai jenis musik lain di Timur Tengah dan Afrika Utara.
"Saya mengawali musik dengan gitar klasik, tapi saya beralih ke oud. Saya juga memainkan beberapa jenis alat musik yang serupa," katanya.