Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama menyatakan siap memenangkan pasangan capres-cawapres sesuai hasil ijtimak ulama. Parpol disebut bisa rugi bila tidak menjalankan rekomendasi tersebut pada Pilpres 2019.
"Kami memberi support yang dihasilkan ijtimak ulama, kalau diambil pasti menguntungkan capres, cawapres dan partai. Kalau tidak (diambil) kami meninjau ulang atau mempertimbangkan ulang, bisa merugikan si calon itu sendiri," kata Ketua GNPF-U Yusuf Martak saat dihubungi, Sabtu (4/8) .
Yusuf Martak menyebut ajang Pilpres membutuhkan dukungan banyak pihak di antaranya ulama, tokoh nasional dan masyarakat. Karena itu, hasil ijtimak ulama menjadi salah satu bentuk dukungannya.
"Kita tidak main-main, kita nggak main-main. Kita membuktikan saat Pilgub DKI bukan asal-asalan, berani ambil risiko semaksimal mungkin menghadapi koalisi partai yang besar sekali," paparnya.
Soal elektabilitas calon, Yusuf Martak menyebut tingkat pengenalan seseorang bisa didorong setelah dideklarasikan. Dia lalu memberi contoh soal elektabilitas Presiden Joko Widodo dan cagub Jabar Sudrajat.
"Jadi begini kalau sama-sama baru, dulu pun waktu pilpres yang lalu awal-awal Pak Jokowi juga rendah karena masih baru dari Solo ke gubernur. Sama dengan pilkada di Jabar itu (survei awal) 0,3 persen kang Ajat tapi (hasil akhir) melejit. Sama juga waktu presiden kita kan nggak ada orang kenal awalnya setelah mendaftarkan secara resmi mau tidak mau masyarakat melihat ada calon A, ada calon B baru fair," tutur Yusuf Martak.
Ijtimak ulama menyebut merekomendasikan Prabowo Subianto sebagai capres. Untuk cawapres, ijtimak ulama merekomendasikan ustaz Abdul Somad dan Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Aljufri.
Anggota Majelis Syuro PKS Tifatul Sembiring sebelumnya meminta Prabowo Subianto segera menentukan cawapres untuk Pilpres 2019 berdasarkan rekomendasi Ijtimak Ulama.
"Kalau sudah nanya ke ulama kan bagus, nanya ke ulama bukan ke dukun. Habis nanya, dijalankan. Kalau nggak untuk dijalankan, ngapain nanya," kata Tifatul. (dtc)