Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Paris
Otoritas Prancis telah membuka kembali penyelidikan tragedi Malaysia Airlines (MAS) MH370. Penyelidikan dibuka lagi setelah laporan yang dirilis otoritas Malaysia gagal memberikan penjelasan pasti atas tragedi itu. Laporan yang dirilis pada 30 Juni lalu tersebut, menuai kekecewaan keluarga korban, yang bahkan menuduh adanya upaya menutup-menutupi dari pemerintah Malaysia.
Dilaporkan surat kabar Prancis, Le Parisien, seperti dilansir news.com.au, Rabu (8/8), para penyidik Prancis bertekad untuk memverifikasi data-data dari Inmarsat -- operator jaringan satelit global Inggris -- yang melacak sinyal 'ping' dari MH370 di Samudra Hindia dekat Australia Barat.
Lokasi itu diyakini menjadi lokasi jatuhnya pesawat jenis Boeing 777-200ER yang membawa 239 orang itu. MH370 menghilang misterius pada 8 Maret 2014, setelah melenceng jauh dari rute Kuala Lumpur-Beijing.
Terkait data soal sinyal 'ping' MH370 itu, keluarga korban telah mendorong pemerintah Malaysiauntuk merilis seluruh data, termasuk data radar militer, untuk dikaji dan dianalisis oleh para pakar independen.
Disebutkan Le Parisien,Gendarmerie Transportasi Udara (GTA) telah memulai penyelidikan sendiri terhadap MH370. Keberadaan empat warga Prancis dalam pesawat nahas itu memberikan izin kepada GTA untuk melakukan penyelidikan sendiri.
Sejauh ini, puing MH370 paling penting yang telah ditemukan merupakan bagian flaperon dari sayap pesawat. Flaperon itu ditemukan di pulau terpencil Reunion di Samudera Hindia tahun 2015. Hasil analisis Prancis terhadap flaperon itu tidak pernah dirilis. Namun laporan interim menyebut penyelidikan terhambat oleh absennya data dari pihak Boeing.
Menurut Le Parisien, para penyidik Prancis ingin memeriksa kembali 'semua data teknis' yang diberikan oleh Inmarsat demi 'memverifikasi keasliannya' dan mengonfirmasi apakah rute MH370 direncanakan secara benar. Namun demikian, pemerintah Prancis belum memberikan pengumuman resmi soal penyelidikan MH370 itu.
Voice 370, kelompok yang mengatasnamakan keluarga korban MH370 melontarkan kekhawatiran yang sama dengan Prancis soal data satelit MH370.
"Boeing, sebagai contoh, yang telah bungkam selama 4,5 tahun terakhir tidak membuang-buang waktu dalam membebaskan diri dari rasa bersalah meskipun ada fakta bahwa laporan (Malaysia) secara spesifik menyebut kurangnya bukti menghalangi penyelidikan untuk mengeliminasi dugaan apapun," sebut Voice 370.
"Lebih lanjut, otoritas Prancis berulang kali menyebut dalam laporan mereka bahwa penyelidikan terhadap flaperon terhambat oleh absennya data dari Boeing. Laporan itu menyoroti bahwa data radar primer militer memainkan peran signifikan dalam melacak rute penerbangan pesawat. Voice 370 menyerukan pemerintah Malaysia untuk membagi seluruh data yang tersedia dengan pakar independen untuk pengkajian dan analisis menyeluruh," imbuhnya.
"Kami meyakini bahwa setelah 4,5 tahun sejak MH370 menghilang, tidak ada alasan untuk terus menahan data ketika nilai pembuktiannya jauh lebih besar dari efek setiap prasangka," tandas pernyataan Voice 370. (dtc)