Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta
Mata uang Turki yaitu lira terus mengalami pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pelemahan terjadi sejak awal 2018 dan telah mencapai 66%. Lira mencapai rekor terendag 6,24 per dolar pada Jumat pekan lalu.
Krisis yang dialami Turki ini apakah akan terjadi di Indonesia?
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahasil Nazara mengatakan ekonomi Indonesia tidak akan sama seperti yang dialami Turki sekarang.
Dia menilai perekonomian Indonesia saat ini masih kuat. Apalagi kebijakan-kebijakan pemerintah masih memberikan rasa aman, nyaman, dan percaya kepada para investor.
"Kita sama-sama emerging market, tapi sangat berbeda," kata Suahasil di JS Luwansa Hotel, Jakarta, Senin (13/8/2018).
Dia menceritakan, sikap Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang mendikte kebijakan Bank Senteral Turki pun membuat para investor tidak percaya.
"Kita tidak begitu, BI independen, pemerintah menjalankan APBN yang kredibel, reformasi struktural dalam bentuk perbaikan ease of doing businness," jelas dia.
Meski demikian, Suahasil mengaku bahwa pemerintah dan Bank Indonesia masih memiliki pekerjaan rumah (PR), yakni memperbaiki defisit transaksi berjalan (CAD).
"Memang tantangan CAD, tapi kami berusaha memperbaikinya, salah satunya dengan memeprkuat ekspor dan meningkatkan investasi," tutup dia.(dtf)