Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta. Cawapres Sandiaga Uno menjelaskan maksud sebutan santri era post-Islamisme yang dikatakan Presiden PKS Sohibul Iman. Menurut Sandiaga, yang dimaksud Sohibul adalah santri yang berjiwa entrepreneur.
"Saya menganggapnya mungkin sebagai harapan bahwa, ke depan, santri-santri itu harus bermental, berjiwa entrepreneur," kata Sandiaga di Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Senin (13/8/2018).
Sandiaga mengakui tidak pernah mencari ilmu di pondok pesantren. Selama bersekolah, dia banyak mencari ilmu di lembaga pendidikan multi-etnis dan keberagaman.
"Saya jelas tidak bersekolah di pesantren. Saya sekolah ya SD-nya di Jakarta di beberapa sekolah multi-etnis, multikultur, multi-agama juga. Pernah sekolah di Katolik, di Kristen Protestan, di SMP negeri pernah juga," ujarnya.
Menurut Sandi, sebutan Sohibul tersebut karena dirinya pernah menjadi salah satu pembina di Pengusaha Santri Indonesia. Sebagai dewan pembina, Sandiaga dalam komunitas tersebut mendorong agar para santri memiliki jiwa entrepreneur.
"Tapi mungkin yang dikaitkan Pak Sohibul Iman itu dikaitkan dengan posisi saya waktu itu untuk mendorong santripreneur bersama Pengusaha Santri Indonesia yang dipimpin oleh Gus Gozali," paparnya.
"Waktu itu saya duduk di Dewan Pembina, kita lagi mendorong agar santri-santri ini menjadi entrepreneur karena santri, ke depan, adalah santri yang inovatif. Mereka juga bisa mulai usaha dan membuka lapangan kerja," lanjutnya.
Sandi enggan mengomentari pihak yang menyebutnya sebagai santri dadakan dengan sebutan tersebut. "Kalau saya sih nggak mau memecah-belah anggapan itu sendiri. Justru saya ingin mempersatukan semua kalau saya sampaikan bahwa background saya seperti ini dan selama kita bisa menginspirasi bahwa ke depan kewirausahaan dan membuka lapangan kerja ini harus menjadi pemikiran dasar daripada platform ekonomi kita. Itu akan menjadi salah satu motivasi buat kita, menginspirasi buat kita," imbuhnya. (dtc)