Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Indonesia tengah mendorong pemanfaatan bahan bakar nabati dalam hal ini biodiesel 20% alias B20. Menteri Koordiantor bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, ada banyak penghematan yang bisa dilakukan dengan adanya penerapan tersebut.
Ia menyebut, dengan asumsi harga minyak US$ 80 per barel estimasi dampak langsung terhadap penghematan devisa dengan penerapan B20 bisa mencapai US$ 3,36 miliar atau setara Rp 49 triliun.
Penghematan tersebut bisa dicapai karena pemerintah bisa mengurangi impor BBM berkat adanya pemanfaatan bahan bakar nabati tadi.
"Realisasi ini mandatory baik untuk Public Service Obligation (PSO) maupun non-PSO. Semua sudah kami kerjakan, dan ini bisa mengurang impor crude oil seperti yang sudah disinggung sebelumnya," ujar Luhut di sela acara Shell Skenario Forum, di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Selasa (14/8).
Ia menambahkan, ada potensi penghematan hingga 78% terhadap kilang minyak Pertamina untuk bahan bakar minyak (BBM) jenis Solar. Dengan penerapan B20, tambah dia lagi, RI bisa menghemat impor bbm hingga 42 juta barel.
Dampak lanjutannya, kata dia, ada peningkatan devisa mencapai US$ 9,36 miliar atau setara Rp 136,81 triliun, dengan asumsi kenaikan harga CPO sebesar US$ 200 per ton.
"Dampak biaya untuk polusi, kemacetan lalu lintas itu besar, kami akan cari apapun yang bisa diefisienkan untuk menjaga ekonomi kita jangan sampai goyah," tutupnya. (dtf)