Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Jalan Mahfud Md berlaga di Pilpres menuju Istana membentur tembok. Segala persiapan buyar, mulai dari urusan pakaian hingga pengaturan pendaftaran capres-cawapres di KPU.
"Saya sudah menyatakan sebenarnya sesudah pengumuman (cawapres oleh Jokowi) itu sebenarnya ya itu sudah realitas politik yang tidak terhindarkan," kata Mahfud dalam program Indonesia Lawyers Club tvOne seperti dikutip, Rabu (15/8 ).
Mahfud mengisahkan cerita langkah awal diajak berlaga di Pilpres 2019. Rabu, 1 Agustus, sekitar pukul 23.00 WIB, Mahfud diundang Mensesneg Pratikno di kediaman dinas di Jl Widya Chandra, Jaksel.
Dalam pertemuan yang juga dihadiri Teten Masduki, diberitahukan soal pilihan Jokowi yang sudah mengerucut untuk nama cawapres. Intinya Mahfud Md diminta bersiap-siap, termasuk menyiapkan syarat pencalonan.
"Saya sambil menyiapkan, tetapi itu belum final juga karena saya diberitahu semua sudah beres. Cuma satu yang perlu diratakan, tidak berhasil juga tidak apa-apa, tapi usahakan Pak Mahfud bagaimana komunikasi dengan PKB dilakukan," kata Mahfud.
Mahfud mempertanyakan alasan keharusan dirinya berkomunikasi dengan PKB. Mahfud mengaku hanya ingin menemui elite parpol bila segala urusan terkait pencalonan, beres.
"Kemudian pada hari Rabu malam seminggu (8/8) kemudian, itu saya diundang lagi oleh Pak Pratikno. Di rumah Pratikno lagi, ada Pak Teten, asisten Pak Pratikno, 'Pak Mahfud besok akan diumumkan'. Detail sudah diputuskan," kata Mahfud menceritakan isi pertemuan keduanya.
Di situ terungkap rencana pola pendaftaran Pilpres bersama Jokowi pada 10 Agustus. Motor tunggangan saat pendaftaran capres-cawapres juga sudah disiapkan.
"Pak Mahfud sekarang semua sudah disiapkan, upacaranya nanti berangkat dari gedung Joang Pak Mahfud naik sepeda motor bersama Pak Jokowi. Pak Mahfud bonceng, Pak Jokowi yang di depan," sambungnya.
"Terus saya bilang kenapa tidak naik sama-sama saja, saya satu Pak Jokowi satu, 'ndak kata Pak Teten nanti nggak bagus tuh, kalau misalnya Pak Mahfud belok ke kiri, Pak Jokowi belok ke kanan difoto sama wartawan jelek tuh' katanya. hehehe. Jadi sudah detail begitu sudah detail," tegas Mahfud.
Sinyal menjadi cawapres menuruf Mahfud Md makin menguat setelah dirinya ditelepon Pramono Anung. Pramono meminta CV untuk keperluan deklarasi.
"Pada saat yang bersamaan saya ditelepon asisten ajudan pribadi Presiden, 'bapak ke sini mau ukur baju'," katanya.
Karena waktu terlalu mepet, Mahfud Md menolak mengukur baju di Istana. Pihak Istana lantas meminta Mahfud membawa baju untuk pembuatan baju yang sama modelnya dengan yang akan digunakan Jokowi saat deklarasi capres-cawapres.
"Ya saya datang ke sana (juga) mengantarkan CV," katanya.
Saat itu Teten Masduki bicara soal rencana pengumuman cawapres Jokowi pada Kamis (9/8). Rencananya pengumuman duet Jokowi-Mahfud digelar di Plataran Menteng, Jakpus.
"Dikatakan Pak Teten, Pak Mahfud nanti datang ke sana sambil menunggu, nanti duduk di ruang sebelah akan deklarasi nanti tampil tinggal nyeberang. Nah saya datang tapi baju yang saya pakai baju sendiri tidak dari presiden karena dari yang presiden mau dipakai besoknya, yang baju putih bukan itu seragamnya," beber Mahfud.
"itu yang terjadi, nah kemudian ya yang terjadi akhirnya diumumkan Kiai Ma'ruf Amin," sambungnya.
Mahfud yang diketahui menunggu di Tesate, Menteng, lalu balik kanan. Mahfud menegaskan, dirinya menerima realitas politik, perubahan di menit-menit terakhir.
"Saya diburu wartawan, ya ga apa-apa saya bilang, Bapak nggak kecewa? Nggak, kaget saja gitu karena di dalam politik sering begitu berubah tiba-tiba. Bapak sakit hati nggak? Nggak saya bilang, kenapa? Karena keperluan negara ini jauh lebih penting dari sekadar nama Mahfud MD, nama Ma'ruf Amin dan sebagainya jauh lebih penting dan saya sungguh-sungguh mengatakan itu," sambungnya.
Mahfud Md sudah bicara langsung dengan Jokowi di Istana. Mahfud meminta Jokowi tak terbebani dengan berubahnya keputusan di menit terakhir pengumuman cawapres.
"Saya katakan Bapak, Bapak tidak salah. Kalau saya jadi Pak Jokowi mungkin saya melakukan hal yang sama saya bilang. Oleh sebab itu bapak tidak usah merasa bersalah, saya bilang saya terima ini dengan ikhlas, negara ini harus berjalan saya bilang mari kita maju ke depan. Itu (pernyataan) saya kepada Pak Jokowi," tutur Mahfud.
"Artinya saya sudah clear dengan Pak Jokowi, tidak ada rasa sakit hati tidak ada masalah, baik hubungannya," katanya. (dtc)