Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta
Ancaman perang dagang yang dilakukan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trumpmembuat negara-negara berkembang terkena dampaknya, salah satunya Turki yang ekonominya menjadi krisis.
Hal itu tentu dikhawatirkan banyak pihak akan menular ke Indonesia yang nilai tukarnya pun tengah diguncang ketidakpastian global. Rupiah belakangan ini mengalami pelemahan.
Namun, Badan Pusat Statistik (BPS) menuturkan neraca perdagangan Indonesia terhadap negeri Paman Sam masih surplus di Juli 2018.
"Ekspor kita ke AS juga masih tumbuh, ke Jepang tumbuh, ke 10 negara utama masih tumbuh," kata Kepala BPS Suhariyanto di kantor BPS pusat, Jakarta, Rabu (15/8).
Suhariyanto mengatakan angka kumulatif ekspor Indonesia dari Januari-Juli 2018 ke AS sebesar US$ 10,12 miliar dibandingkan periode yang sama di tahun 2017 sebesar US$ 9,75 miliar.
"Ke AS menunjukkan pertumbuhan besar, tapi ekspor kita turun kepada negara-negara yang bukan tujuan utama, yaitu Spanyol, Kamboja, dan Yunani," ungkap dia.
Dengan ekspor nasional yang tumbuh juga membuat neraca perdagangan Indonesia masih surplus terhadap Amerika Serikat. Pria yang akrab disapa Kecuk ini menyebutkan neraca perdagangan Indonesia dengan AS secara kumulatif dari Januari-Juli 2018 surplus sebesar US$ 4,7 miliar.
"Dengan AS kita surplus US$ 4,7 miliar, lalu dengan India surplus US$ 4,8 miliar, dengan Belanda surplus US$ 1,5 miliar," kata dia.(dtf)