Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbinisdaily.com - Mojokerto - 35 Ton biji kakao dihasilkan oleh petani di Jatim dalam sekali panen. Namun, harga jual biji kakao cenderung tak menentu. Pengembangan industri hulu-hilir dianggap sebagai solusinya untuk menambah nilai hasil panen kakao.
"Harga biji kakao selama ini naik turun, padahal harga cokelat tak pernah turun. Alternatifnya harus ada pengolahan hasil panen untuk menambah nilai jual kakao," kata Kepala Dinas Perkebunan Jatim Karyadi kepada wartawan di industri hulu-hilir cokelat Mojopahit, Mojokerto, Rabu (15/8/2018).
Dia menjelaskan, luas perkebunan kakao di Jatim mencapai hampir 50 ribu hektare. Perkebunan itu tersebar di kawasan selatan Jatim, seperti Madiun, Ponorogo, Pacitan, Tulungagung, Trenggalek, Blitar, Kediri, Jombang dan Mojokerto.
"Hasilnya sekitar 35 ribu ton biji kakao, termasuk perkebunan besar. Larinya ekspor ke Swiss dan ke pabrikan," ujarnya.
Produksi kakao yang cukup melimpah, tak diiringi dengan nilai jual kakao yang layak bagi para petani. Harga biji kakao laku hanya pada kisaran Rp 25-35 ribu/Kg.
Oleh sebab itu, menurut Karyadi, kelompok petani kakao di Jatim dituntut untuk bisa mengembangkan industri hulu-hilir cokelat. Mereka diminta untuk mengolah biji kakao menjadi bubuk cokelat atau aneka makanan berbahan cokelat siap konsumsi.
"Kalau dijual berupa biji kakao harganya Rp 25-35 ribu/Kg. Kalau berupa bubuk cokelat bisa laku Rp 120 ribu/Kg," ungkapnya.
Rencana pengembangan industri hulu-hilir cokelat di Jatim, kata Karyadi, akan memanfaatkan cokelat Mojopahit di Mojokerto sebagai percontohan. Ke depan, kelompok tani kakao di daerah lain diminta untuk belajar di industri yang dikelola Kelompok Tani Mulyo Jati tersebut.
"Kelompok Mulyo Jati menjadi percontohan bagi kelompok tani lainnya. Akan kami bangun sinergi, misalnya pengolahan setengah jadi di kelompok tertentu, kelompok lain melanjutkan proses hingga jadi cokelat siap konsumsi," terangnya.
Skema permodalan, menurut Karyadi, juga sudah disiapkan oleh Pemprov Jatim. Khusus pengembangan industri hulu-hilir cokelat, pihaknya telah menyalurkan dana bergulir Rp 8 miliar sejak akhir 2017. Penyaluran modal tersebut melalui pinjaman perbankan dengan bunga 6% per tahun.
"Permodalan kami fasilitasi lewat dana pinjaman yang bergulir," tegasnya.
Dana sebesar itu, tambah Karyadi, selama ini paling besar diserap oleh Kelompok Tani Mulyo Jati untuk pembangunan industri hulu-hilir Cokelat Mojopahit. Nilai pinjaman kelompok ini mencapai Rp 3,8 miliar.
"Kami hitung kemampuan mengolah hingga menjual, kebutuhannya mencapai Rp 3,8 miliar, Rp 2 miliar untuk investasi di alat (mesin pengolahan cokelat), lainnya untuk operasional," tandasnya. dtc