Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Tensi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China kian memanas di mana dua negara saling menaikkan tarif bea masuk untuk sejumlah produk.
Kondisi tersebut memberi dampak cukup besar bagi negara-negara berkembang terutama imbas dari kenaikan nilai tur dolar AS.
Salah satu upaya untuk menghindari dampak negatif dari perang dagang tersebut, adalah mempererat kerja sama dagang negara-negara regional.
Salah satunya seperti yang bakal dilakukan Indonesia dan Malaysia. Dalam lawatannya ke Indonesia beberapa waktu lalu, Menteri Perdagangan dan Industri Internasional Malaysia Ignatius Darell menyampaikan, salah satu peluang kerja sama yang bisa dilakukan adalah pembuatan mobil 'masa depan' Asia.
Dua negara, kata Daerell, akan membesarkan industri mobil nasionalnya masing-masing namun dengan komitmen bersama untuk saling bertukar teknologi dan industri penunjang.
"Ini merupakan satu permintaan dari Perdana Menteri Malaysia saat dia bertemu dengan Presiden Jokowi kemarin soal pembangunan mobil nasional yang akan dibentuk dalam kerja sama kebijakan publik," kata dia dalam sebuah sesi diskusi dengan awak media di Jakarta beberapa waktu lalu.
Selama ini sebenarnya Indonesia dan Malaysia sudah memiliki industri otomotif yang besar. Namun hal itu belum maksimal dimanfaatkan lantaran masih banyak suku cadang kendaraan yang masih mengandalkan impor sehingga rentan terdampak oleh gejolak ekonomi global.
"Berkenaan soal kerja sama untuk mengeratkan hubungan otomotif antara Indonesia dan Malaysia melalui nota kesepahaman di mana kita kolaborasikan kerja sama dengan Malaysia dan juga Indonesia. Mungkin setelah itu kita membuat suatu cadangan (saran) kepada pemerintah untuk membuat kebijakan mengenai mobil baru," sambung dia.
Dengan cara ini, diharapkan industri otomotif di regional Asean bisa tumbuh lebih mandiri dan bisa mengurangi dampak perang dagang dunia yang saat ini terus memanas.
Benar saja, saat ini Asean memiliki jumlah penduduk sebanyak 640 juta. Peluang pasar yang cukup besar bila bisa dioptimalkan.
"Kita bersama untuk mengeratkan ekonomi sesama, ekonomi kita antara kita dan Asean itu sekitar 640 juta orang, besar. Hal ini 640 juta banyak orang sehingga kami lebih baik untuk bersiap untuk itu. Siapa tahu setelah kolaborasi dari hasil hubungan antar negara Malaysia dapat menunjunkkan ke belahan negara lain untuk berinvetasi dan akhirnya akan membeli barang barang yang kita punya," tandas dia. (dtf)