Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Banyuwangi. Festival Ngunduh Kopi atau petik kopi digelar di Dusun Lerek, Kelurahan Gombengsari, Kecamatan Kalipuro. Festival ini ternyata menyimpan makna tersendiri bagi salah satu sentra penghasil kopi di Banyuwangi tersebut.
Menariknya, mereka mengangkat tema Pitu Telu atau 73 untuk festival ini.
"Pitu Telu atau 73 merupakan tahun peringatan kemerdekaan negara Indonesia. 73 juga diharapkan bermakna kemerdekaan bagi petani Gombengsari dari tengkulak," kata Yusuf Widiyatmoko, Wakil Bupati Banyuwangi, saat hadir dalam festival ini, Minggu (19/8/2018).
Yusuf menjelaskan, tengkulak biasanya membeli kopi dari kebun rakyat seperti Gombengsari ini dengan harga yang sangat murah. Padahal apabila petani mau memproses kopi dengan lebih baik, harganya bisa lebih mahal dan menguntungkan.
"Kami berharap dengan diselenggarakannya festival ini kopi rakyat di Gombengsari lebih mandiri dan perekonomiannya meningkat," harap Yusuf.
Dalam festival ini, masyarakat diedukasi cara mengolah kopi, mulai dari memilih, menumbuk, menyangrai hingga menyajikan kopi.
"Lerek Gombengsari ini memiliki perkebunan kopi rakyat yang menjadi andalan. Kami terus mendorong agar petani kopi di sini bisa lebih mandiri," timpal Hendri Suhartono, Camat Kalipuro.
Kemandirian petani kopi di Lerek juga diperlihatkan dengan brand kopi Lego (Lerek Gombengsari) yang sudah dipasarkan secara luas. Selain itu, ada pula komunitas kopi Lego yang mengajak dan mengedukasi agar petani terlepas dari tengkulak.
Hariono, pengusaha sekaligus Ketua Komunitas Kopi Lego, mengatakan perlahan petani di sini tidak mau lagi menjual kopi ke tengkulak.
"Kami sudah tidak mau lagi menjual ke tengkulak. Kami menjual langsung ke buyer, seperti restoran, kafe-kafe, pengusaha kopi olahan. Dengan mengolah kopi menjadi bubuk, keuntungan petani bisa 300 persen lebih," kata pria kelahiran Gombengsari tersebut. (dtc)