Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta
China menawarkan bantuan kepada Turki yang saat ini tengah mengalami krisis mata uang. Namun, bantuan tersebut dianggap sebagai obat temporer karena ada efek sampingnya, yakni dominasi China.
Efek samping itu bisa dilihat dari pengalaman sejumlah negara yang pernah mendapatkan bantuan dari China. Siapa saja?
Dikutip dari CNBC, Senin (20/8/2018) lembaga Center for Global Development (CGD), menilai ada 8 dari 23 negara yang berpotensi mengalami kesulitan pembayaran utang ke China melalui bantuan untuk pembangunan infrastruktur belt and road initiative (BRI).
Adapun, negara tersebut adalah Pakistan, Djibouti, Maladewa, Laos, Mongolia, Montenegro, Pakistan, dan Kyrgzstan.
Menurut CGD, dari keenam negara tersebut, Pakistan menjadi negara dengan risiko paling tinggi karena bantuan utang China membiayai 80% atau sekitar US$ 62 miliar dari proyek yang dikerjakan.
"Proyek besar BRI dan tingkat suku bunga yang tinggi oleh China menambah beban Pakistan dalam pembayaran utang," tulis CGD.
Selain itu, ada pula Laos yang dianggap berisiko. Pasalnya, negara tersebut mendapatkan bantuan utang dalam proyek kereta China-Laos senilai US$ 6,7 miliar atau setara dengan produk domestik bruto (PDB) negara tersebut.
CGD pun mengingatkan bahwa bantuan China memiliki rekam jejak yang bermasalah.
"Tidak seperti pemberi utang pemerintahan yang lainnya. China tidak memberikan bantuan utang syarat yang mengikat pada awalnya tapi waktu jatuh tempo masalah utang pun muncul," tutup dia.(dtf)