Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Batubara. Selama masa transisi Pemerintahan Kabupaten Batubara pasca tertangkapnya OK Arya Zulkarnain oleh KPK mulai mempengaruhi sektor usaha kecil menengah (UKM) di Batubara. Salah satunya sektor industri kain songket. Periode Januari - Agustus 2018, omset penjualan kain songket menurun drastis hingga 50%.
"Selama masa transisi (peralihan) Pemerintahan Kabupaten Batubara ini, omset penjualan kain songket mengalami penurunan hingga 50 persen. Penurunan omset penjualan sudah berlangsung hampir 1 tahun pasca pak OK ditangkap," ungkap Amran, salah seorang pengusaha kain songket, di Desa Pahang, Kecamatan Talawi, Selasa (28/8/2018).
Ia mengatakan, menurunnya omset penjualan kain songket disebabkan karena kurangnya permintaan (pesanan) khususnya dari wilayah Kabupaten Batubara. Biasanya, setiap bulan sekitar 10 pasang kain songket dapat terjual. Untuk tahun kemarin saja, sekitar 150 pasang kain songket dapat terjual. Sedangkan tahun ini, periode Januari - Agustus hanya terjual 50 pasang kain songket.
Pasar terbesar untuk penjualan kain songket di wilayah Batubara berasal dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pemerintahan Kabupaten Batubara. Sedangkan untuk permintaan (pesanan) diluar Kabupaten Batubara seperti Kota Medan, Aceh, Pekan Baru dan Jakarta tidak berdampak dengan masa transisi ini. Bahkan, grafiknya setiap tahunnya terus mengalami peningkatan.
"Pasar terbesar penjualan kain songket di Batubara berasal dari pegawai Kantor SKPD. Biasanya setiap tahun mereka menganggarkan untuk pakaian songket Batubara. Entah tahun ini kok menurun permintaan kain songket. Sebaliknya, penjualan untuk luar daerah grafiknya setiap tahun mengalami kenaikan. Sekitar 30 pasang kain songket dapat terjual setiap bulannya," ujarnya.
Dikatakannya, dengan menurunnya permintaan (pesanan) kain songket, juga berdampak dengan pengerajin songket rumahan. Biasanya, setiap 1 minggu dirinya berkeliling mengutip hasil tenun dari beberapa pengerajin songket rumahan. Namun, akibat turunnya permintaan, hasil tenun dari pengerajin dikutip setiap 2 minggu.
"Menurunnya permintaan, berdampak juga dengan pengerajin songket rumahan. Selain memproduksi sendiri kain songket, untuk memenuhi permintaan biasanya setiap minggu kita kutip juga dari pengerajin. Karena berkurangnya permintaan, ya gak tiap minggu la kita kutip. Sekarang sebulan 2 kali baru kita kutip. Akibatnya, sekarang pengerajin banyak yang menganggur," kata Amran.
Sementara salah seorang pengerajin kain songket Siti Hazar berharap penjualan kain songket kembali normal. Sebab, kalau seperti ini terus kondisinya, para pengerajin juga yang akan berdampak.
"Kita harap penjualan kain songket kembali normal. Kalau permintaan terus berkurang, kita khawatir pengerajin akan kena dampaknya," imbuhnya.