Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Pasca matinya ratusan ton ikan budi daya kerambah jaring apung di perairan Danau Toba di Kelurahan Pintu Sona, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sumatera Utara (Sumut) meminta lokasi KJA di kecamatan tersebut segera dikosongkan.
Karena lokasi KJA yang digunakan oleh nelayan tidak strategis.
Menurut Kepala Dinas DKP Sumut, Mulyadi Simatupang, Selasa (28/8), lokasi KJA di Kecamatan Pangururan itu sering terjadi pendangkalan dan arah angin yang begitu kuat.
“Kemarin setelah kita turun ke lapangan, melakukan obeservasi dan mengambil sampel diketahui bahwa kawasan itu sering terjadi angin kencang. PH dan ukuran KJA di sana banyak yang tidak sesuai dengan aturan, sehingga membuat oksigen larut sangat rendah,” ujarnya.
Berdasar hasil observasi yang dilakukan, PH air di kecamatan itu hanya 2,3 mm/liter. Idealnya untuk KJA 5 mm/liter. Begitupun dengan kedalaman KJA yang tidak sampai 10 meter. Padahal, berdasar Perpres Nomor 81 tahun 2014 tentang RTRW Danau Toba, kedalaman KJA minimal 30 meter.
“Jarak pantai ke KJA juga cuma lima meter. Harusnya berdasarkan peraturan 100 meter jarak dari pantai ke KJA. Ini salah satu mengapa ikan-ikan di sana banyak yang mati,” ungkapnya.
Cara budidaya ikan yang tidak baik, katanya, disertai dengan faktor cuaca dan angin, membawa bahan-bahan organikk seperti amoniak yang ukurannya sudah melebihi ambang batas. Akibatnya, dari faktor-faktor tersebut menimbulkan racun dan pengurangan oksigen.
“Satu KJA itu idealnya 5.000 ekor ikan. Yang kita lihat di sana berdasar laporan nelayan KJA, satu petak ada 15.000 ekor ikan. Faktor-faktor ini belum diketahui oleh nelayan di sana,” ujarnya.
Atas kejadian itu, kata Mulyadi, para nelayan yang berjumlah 18 kepala keluarga (KK) meminta untuk dibina. Mereka, katanya, meminta agar diberikan pengetahuan bagaimana membuat KJA dan membudidayakan ikan di air Danau Toba.
“Setelah ini, kita akan berkoordinasi dengan Dinas Perikanan dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Samosir untuk melakukan pembinaan. Pada saat melakukan obeservasi, juga dihadiri oleh petugas dari Kementerian Kelautan dan Perikanan,” ujarnya.
Ia mengatakan, sampel yang diambil diuji di Laboratorium Pengendalian Mutu Hasil Perikanan di KIM Belawan. Katanya, dalam melakukan pengujian itu dianalisa unsur kimia meliputi NH3 (Nitrat), Fospor, Sulfur, CO2, dan lainnya.
“Soal pengosongan, kita akan sosialissasikan setelah melakukan pembinaan tersebut. Ini harus dikosongkan selama dua bulan. Kita akan lakukan secara perlahan-lahan dulu dengan melakukan upaya pendekatan ke masyarakat,” pungkasnya.
DKP Sumut mencatat 180-200 ton ikan di Kecamatan Pangururan Danau Toba mati mendadak. Kematian ratusan ton ikan tersebut merugikan para nelayan KJA hingga Rp 6 miliar.