Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com—Pematangsiantar. Guna mendukung penyebaran pesona budaya Batak khususnya dalam dunia tenun kain (ulos) kepada dunia akan segera dilaksanakan Festival Tenun Nusantara (FTN) 2018 di Tapanuli Utara.
Kepada wartawan, Kamis (30/8/2018), Ketua Tim Kerja FTN, Despin Butarbutar didampingi Tim Teknis Yanes Sidabutar, menjelaskan FTN 2018 yang merupakan festival perdana ini akan dilaksanakan pada 13-17 Oktober 2018 di Muara dan Tarutung, Tapanuli Utara.
Festival mengambil Thema : Ahu Partonun (Saya Penenun). Dijelaskannya, FTN akan diisi dengan pagelaran berbagai kegiatan antara lain Pameran Tenun Nusantara (13 s/d 17 Oktober 2018) di Gedung Kesenian Taput, Tarutung, Festival Permainan Tradisional Anak, (14 Oktober 2018) di Gedung Kesenian Taput, Tarutung; Opening Ceremony & Symposium Internasional Ulos (15 Oktober 2018) di Gedung Kesenian Taput, Tarutung; Boot Camp Partonun (15 s/d 16 Oktober 2018) di Pulau Sibandang, Tapanuli Utara, serta Pesta Budaya Rakyat Festival Matumona (16 s/d 17 Oktober 2018) di Muara, Tapanuli Utara.
Menurut Despin, FTN 2018 didukung sepenuhnya Ditjen Kebudayaan Kemdikbud RI dan Pemerintah Daerah Tapanuli Utara dalam platform kebudayaan bernama Indonesiana. Katanya, platform kebudayaan Indonesiana ini merupakan inisiatif baru Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk mendorong dan sekaligus memperkuat upaya Pemajuan Kebudayaan sesuai UU No 5 Tahun 2017 melalui gotong royong penguatan kapasitas daerah dalam menyelenggarakan kegiatan budaya sesuai azas, tujuan, dan objek pemajuan kebudayaan yang ditetapkan dalam UU No. 5 Tahun 2017.
Dijelaskannya, untuk tahun 2018, Indonesiana berfokus pada konsolidasi untuk peningkatan standar tata kelola kegiatan budaya dan manajemen penyelenggaraan kegiatan budaya melalui dukungan atas penyelenggaraan festival-festival di daerah, baik penguatan terhadap festival yang sudah ada sebelumnya maupun mendukung penyelenggaraan festival yang baru yang relevan dengan potensi dan karakter budaya di kawasan masing-masing. “Di kawasan Danau Toba, secara khusus di Kabupaten Tapanuli Utara, tenun adalah tema besar yang mewakili potensi serta karakter budayanya,” katanya.
Despin menyebutkan, Kabupaten Taput yang berada di Kawasan Danau Toba bersedia menjadi tuan rumah yang mengampu festival. Pengampuan ini diperkuat oleh fakta bahwa di kabupaten ini terdapat setidaknya 3000 orang penenun.
Persiapan festival, lanjut Despin, telah dimulai sejak September 2017 yakni dengan pembentukan Tim Kerja Indonesiana Toba yang menjadi tim untuk pelaksanaan FTN 2018. Tim ini terdiri dari unsur Pemerintah (Ditjen Kebudayaan dan perwakilan Pemkab Tapanuli Utara), serta unsur komunitas seni-budaya dan industri kreatif kawasan Danau Toba. Setelah terbentuk tim selanjutnya, melakukan konsolidasi terhadap para tetua adat dan komunitas seni-budaya di 8 kabupaten yang mewakili 6 Puak Batak di kawasan Danau Toba. Konsolidasi dilakukan dengan melaksanakan berbagai pelaksanaan diskusi kebudayaan bertajuk Kumpul komunitas serta acara-acara lainnya yang melibatkan berbagai pihak (stakeholders), khususnya para penenun se-kawasan Danau Toba.
Selanjutnya, tanggal 29 Juli 2018 silam telah dilaksanakan penanda-tanganan Nota Kesepahaman (MoU), yang dilanjutkan dengan Perjanjian Kerjasama (PKS) antara Ditjen Kebudayaan dan Pemkab Tapanuli Utara, demi mendukung penuh pelaksanaan FTN 2018 dalam Platform Indonesiana selama 3 tahun ke depan, dimulai dari 2018.
Ditambahkan Despin, kesuksesan pelaksanaan FTN 2018 ini nantinya akan dievaluasi bersama oleh Tim Kerja, Kurator Nasional, serta pemerintah daerah dan komunitasnya. Diharapkan, keberhasilan acara ini akan memberikan stimulus untuk berlangsungnya proses Revitalisasi Tenun Batak di kawasan Danau Toba. Diharapkan pula, keberhasilan FTN 2018 ini akan mengundang serta 7 kabupaten lainnya di kawasan Danau Toba untuk bersedia ikut berkontribusi serta berkolaborasi dalam Platform Indonesiana, yang tentunya akan semakin memperbesar multiplier effect (efek pengali) dari pembangunan ekosistem kebudayaan menyeluruh yang akan menyentuh objek-objek kebudayaan lainnya yang juga butuh pertolongan serta pelestarian.