Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Sikap Gubernur Sumut Edy Rahmayadi yang memilih netral pada Pemilu Presiden 2019 dinilai sebagai sikap 'banci'. Seharusnya dia memilih satu dari dua kandidat yang akan bertarung, Jokowi-Ma'aruf Amin atau Prabowo-Sandi.
Mengacu pada isu kampanye yang diteriakkan Edy di Pilgubsu lalu, seharusnya dia mendukung pasangan Prabowo-Sandi. Saat itu Edy yang mantan Pangkostrad kerap menyatakan agar warga Sumut memilih pemimpin dari putra daerah. Sikap ini dianggap sebagai perilaku berwatak SARA, suku, agama, ras dan antar golongan. Dengan demikian dia lebih tepat berada di barisan pendukung Prabowo-Sandi.
Anggota Fraksi PDI pimpinan DPRD Sumut Sutrisno Pangaribuan mengatakan itu kepada medanbisnisdaily.com, Senin (10/9/2018). Ia merasa kasihan kepada parpol yang pertama kali mengusung Edy menjadi Gubsu jika ternyata memilih bersikap netral.
Seperti diketahui, Partai Gerindra, PAN dan PKS adalah 3 parpol yang pertama kali mendeklarasikan mendukung pasangan Edy-Ijeck pada Pilgubsu 2018. Ketiga partai ini berkoalisi mengusung Prabowo-Sandi di Pilpres 2019. Partai Golkar, Partai Nasdem, Hanura dan Partai Demokrat belakangan juga mengusung Edy-Ijeck. Kecuali Demokrat yang juga mendukung Prabowo-Sandi, Golkar, Nasdem dan Hanura di kubu Jokowi.
"Kita dorong Edy agar mendukung Prabowo-Sandi seperti dulu yang dilakukan mantan Gubsu Gatot Pujo Nugroho yang pernah mendukung Prabowo di Pilpres 2014. Kalau netral berarti dia banci," kata Sutrisno.
Sebagaimana diketahui seusai menyampaikan pidato pertamanya sebagai Gubernur di hadapan seluruh anggota DPRD Sumut, Edy menyatakan berada di tengah-tengah para kandidat presiden pada Pilpres 2019. Tidak memihak Jokowi-Ma'aruf atau Prabowo-Sandi.
Hal itu mengingat saat Pilgubsu empat parpol pendukungnya berasa di barisan Prabowo-Sandi dan enam lainnya menjagokan Jokowi-Ma'aruf. Diduga sikap tersebut dipilihnya karena kawatir dukungan padanya saat menjabat Gubsu terpecah.
"Ngapai dia takut dukungan tidak utuh, itu artinya dia tidak bisa mengambil sikap," tegas Sutrisno.