Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Meneriakkan isu tentang pemerintahan Joko Widodo yang kian jauh dari tujuan mensejahterakan rakyat, puluhan mahasiswa berdemonstrasi di gedung DPRD Sumut, Senin (10/9/2018). Mereka mengatasnamakan diri Aliansi Mahasiswa Bersatu.
Terutama terkait nilai tukar rupiah yang akhir-akhir ini mengalami gonjang-ganjing hingga menembus angka Rp 15.000 per dolar AS, situasi tersebut kian membuat rakyat kesulitan. Harga-harga kebutuhan pokok ikut terdongkrak naik.
Kondisi lain adalah dominasi Amerika dalam menentukan iklim investasi di Indonesia. Mengutip data Kadin Amerika disebutkan mereka akan meningkatkan kegiatan investasi di Indonesia dengan syarat menyediakan aneka kemudahan. Tindakan ini dianggap sebagai imperialisme baru.
Dengan asumsi itu dipandang bahwa pemerintahan Jokowi telah gagak menaikkan derajat bangsa Indonesia agar sejajar dengan negara-negara lain di dunia. Jokowi diminta turun dari jabatannya sekarang, bukan pada 2019.
"Di awal kekuasaannya Jokowi mengatakan akan mengustkan nilai tukar rupiah menjadi Rp 10.000 per dolar, nyatanya bohong. Sekarang dolar kian melambung, rupiah melemah," kata Wira Putra dari Pemerintahan Mahasiswa USU dalam orasinya.
Di bawah perintah koordinator lapangan, Ari Gunawan, aksi mahasiswa sempat berlangsung keras. Mereka berusaha merapatkan diri ke tubuh petugas kepolisian guna menembus pagar gedung dewan dan merangsek masuk.
Sejumlah anggota DPRD Sumut, seperti Sutrisno Pangaribuan (PDIP) dan Burhanuddin (PKS), yang sempat menyediakan diri berdialog dengan mahasiswa, ditolak. Mereka mendesak agar Ketua DPRD Sumut Wagirin Arman yang mendatangi mahasiswa.
Selama satu jam lebih hingga sekitar pukul 13.00 WIB mahasiswa terus ngotot menunjukkan sikap keras ingin memasuki gedung dewan. Mereka bahkan sempat hendak membakar ban bekas. Sembari terus berorasi mengutuk DPRD Sumut.
Pihak kepolisan akhirnya bersikap tegas. Sekitarnya seratus anggota yang bersiaga dirapatkan ke arah gerbang. Di antara mereka ada yang memanggul senjata api serta pelontar gas air mata. Mobil water canon atau penyemprot air yang lazim dipakai membubarkan kerumunan massa diarahkan ke kumpulan mahasiswa.
"Kalau kalian terus ngotot kami akan melakukan penangkapan dan mengantarkan surat penangkapan ke orang tua kalian telah bertindak pidana," kata petugas kepolisian mengancam.
Hanya beberapa menit berselang, akibat ancaman penangkapan tersebut mahasiswa tak berkutik. Mereka kemudian mempersiapkan langkah melanjutkan aksi demonstrasi ke gedung Bank Indonesia di Jalan Balai Kota.
"Tuntutan mereka tidak jelas, bicara pelemahan rupiah tapi ujung-ujungnya menuntut Jokowi mundur, mau kita temui berdialog juga nggak mau," tegas Sutrisno.