Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta
Merasa disindir bahwa BUMN lebih banyak melakukan impor, Menteri BUMN Rini Soemarno memamerkan hasil ekspor para BUMN di sektor tambang. Dia menginstruksikan agar para direksi di holding BUMN tambang untuk menjelaskan kepada awak media.
Rini mengakui sebagian BUMN seperti PT Pertamina (Persero) memang banyak melakukan impor untuk memenuhi kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM). Namun dia menegaskan bahwa banyak juga BUMN yang berorientasi ekspor seperti BUMN pertambangan.
"Memang saya memanggil dirut-dirut BUMN yang sebetulnya punya produk yang diekspor. Selain dari perusahaan tambang sebetulnya BUMN banyak yang ekspor baik semen, pupuk, obat-obatan atau vaksin. itu banyak kita ekspor. Kemudian dari Pindad ekspor senjata atau mobil seperti tank yang tahun ini sekitar US$ 700-800 juta," tuturnya di Energy Building, SCBD, Jakarta, Rabu (12/9/2018).
Direktur Utama PT Inalum (Persero) selaku induk holding BUMN tambang, Budi Gunadi Sadikin menjelaskan, tahun ini secara holding pihaknya yakin bisa melakukan ekspor senilai US$ 2,52 miliar atau setara Rp 37,25 triliun. Angka itu naik drastis jika dibandingkan dengan total ekspor holding BUMN tambang di 2017 sebesar US$ 1,89 miliar.
"Memang kita diminta Bu Rini untuk ceritakan ekspor kita seperti apa. Kalau misalnya ditambah dengan PT Freeport bisa mencapai US$ 10 miliar karena dia bisa ekspor setahun US$ 7 miliar," terangnya.
Proyeksi angka ekspor itu terdiri dari ekspor dari Inalum sebesar US$ 79 juta, PT Aneka Tambang US$ 1,04 miliar, PT Bukit Asam US$ 829 juta dan PT Timah sebesar US$ 563 juta.
Namun Budi menyayangkan dari tingginya angka ekspor Antam ada didalamnya merupakan bauksit ore. Padahal itu dibutuhkan Inalum untuk memproduksi alumina sebelum menjadi aluminium.
"Kita juga ada impor 100% bahan bakunya aluminium, which isharusnya dari sini. Itu ekspor bauksit ore 400.000 ton bisa jadi alumina 200.000 ton," terangnya.(dtf)