Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Batubara. Beberapa minggu pukat trawl tak beroperasi, perekonomian nelayan tradisional khususnya nelayan pencari kepiting (kotam) mulai membaik. Setidaknya, hasil tangkapan yang selama ini berkurang akibat beroperasinya pukat trawl, mulai mengalami peningkatan.
"Selama pukat trawl gak beroperasi, hasil tangkapan kami selaku nelayan tradisional mulai ada peningkatan. Jelas hal itu juga berdampak dengan penghasilan," kata Boiman, nelayan di Pangkalan, Desa Masjid Lama, Kecamatan Talawi, Jumat (14/9/2018).
Ia mengatakan, selama beroperasinya kapal pukat trawl, perekonomian nelayan tradisional memang hancur. Kalau kapal pukat trawl sudah beroperasi, dipastikan nelayan tradisional tidak akan mendapat hasil tangkapan.
"Kalau sudah beroperasi pukat trawl, hancurlah kami. Paling banyak kami bawa hasil 2 kg kepiting untuk sekali melaut. Tapi, kalau pukat trawl tidak beroperasi, saat ini kami bisa mendapatkan hasil hingga 15 Kg kepiting sekali melaut. Alhamdulillah saat ini penghasilan kami mulai meningkat," katanya.
Dikatakannya, tidak hanya berdampak dengan perekonomian nelayan tradisional saja, tidak beroperasinya pukat trawl juga berdampak pada ekosistem laut. Saat ini, ikan-ikan mulai banyak di pinggiran laut.
"Gak ada pukat trawl, ikan-ikan pun uda mulai 'main' di pinggir-pinggir laut. Kalau dulu, ikan tak ada lagi di pinggir-pinggir. Sekarang uda mulai banyak," ujarnya.
Senada dikatakan Umar, nelayan lainnya. Ia berharap pemerintah segera mencari solusi untuk menyelesaikan permasalahan nelayan. Hal itu sangat mendesak, sampai saat ini belum ada kepastian terhadap kondisi nelayan. Walaupun sudah ada aturan yang mengatur soal alat tangkap, tetapi kapal pukat trawl terkadang masih juga beroperasi.
"Harus ada kepastian dari Pemerintah, harus ada ketegasan dari Pemerintah terkait permasalahan nelayan. Bagaiman mencari solusi terbaik sehingga perekonomian nelayan tidak terganggu," pintanya.