Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Bank Indonesia (BI) memprediksi ketidakpastian global di tahun 2019 masih berasal dari kebijakan-kebijakan moneter Amerika Serikat (AS).
Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Aida S Budiman mengatakan kebijakan moneter AS telah membuat rupiah kembali tertekan di awal September 2018.
"Perkembangan nilai tukar terkini, pada awal September kembali tertekan," kata Aida di ruang rapat Banggar DPR, Jakarta, Selasa (18/9/2018).
Aida menyebutkan, kebijakan moneter negeri Paman Sam yang mempengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mulai dari agresifitas The Fed menaikkan suku bunga, dan terus-menerusnya perang dagang AS dengan China dan beberapa negara lainnya.
"Sehingga nilai tukar kita Rp 14.800-an, melemah di Rp 14.870, kita sudah minus 8,8%" jelas dia.
Meski demikian, kata Aida, level depresiasi rupiah masih terbilang rendah dibandingkan dengan mata uang negara berkembang lainnya, seperti India.
"Pelemahan ini masih terjaga dengan volatilitas yang cukup 7,75%, dan tingkat depresiasi kita masih rendah dibanding India yang sudah 11%," tutup dia.
Dapat diketahui, Pagi ini dolar Amerika Serikat (AS) kembali ngamuk. Waktu baru menunjukkan pukul 09.30 WIB, namun dolar AS menurut data perdangan Reuters sudah menyentuh angka Rp 14.910.
Mengutip data perdagangan tersebut, Selasa (18/9/2018), dolar AS menyentuh posisi tertinggi di Rp 14.910 dan terendah di Rp 14.900.
Bila ditarik dalam rentang waktu 3 bulan terakhir, rupiah suda terdepresiasi sedalam 7%, di mana pada tanggal 19 Juni 2018, dolar AS masih berada di Rp 13.930.
Tahun ini, dolar AS sempat menyentuh rekor di Rp 14.999, hanya selisih sedikit dari posisi psikologis Rp 14.500. (dtf)