Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Gencarnya perkembangan teknologi informasi dinilai sangat memungkinkan untuk dimanfaatkan kelompok teroris dalam menyebarkan paham radikal dan berita hoax di media sosial. Sasarannya ialah kawula muda berusia dibawah 25 tahun.
"Karena di usia ini akan begitu cepat mengikuti informasi propaganda yang mereka (teroris) sampaikan," ungkap Anggota Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat, Jimmy Silalahi kepada peserta ‘Saring Sebelum Sharing' yang diselenggrakan Forum Kordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sumut, Kamis (21/9/2018).
Dalam kegiatan tersebut juga hadir sejumlah pemateri lainnya yakni, Redaktur Analisa Rizal Nurdin Surya. Diskusi tersebut dimoderatori Wakil Penaggung Jawab Harian Waspada Sofyan Harahap, dan juga turut dihadiri Inspektur Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Amrizal dan Ketua FKPT Sumut Zulkarnaen Nasution.
Di acara yang bertema Literasi Digital Sebagai Upaya Pencegahan Radikalisme dan Terorisme di Masyarakat ini, Jimmy meminta kepada generasi muda untuk bisa memahami segala informasi yang diperoleh dengan cerdas. "Semua isu dimanfaatkan para teroris. Mereka punya ahli militer, ahli teknologi dan punya jaringan yang luas untuk menyebarkan paham radikal," ujarnya.
Untuk itu ia berharap kepada generasi muda agar tidak latah dalam menshare informasi yang belum tentu kebenaranya. Sebab dengan satu aksi tersebut bisa memunculkan sejuta reaksi dan kegaduhan.
"Hati- hati senjata teroris saat ini bukan lagi AK 47 ataupun Bom. Mereka menggunakan media yang setiap hari kita konsumsi. Karenanya sebelum menshare informasi, gunakan verivikasi. Sebab siapa tau itu kiriman teroris yang sengaja membuat gaduh bangsa ini," pesanya.
Sementara itu, Inspektur BNPT Amrizal dalam sambutanya, menjelaskan bahwa terorisme merupakan ancaman nyata bagi keutuhan NKRI. Terbukti dengan berbagai rangkaian aksi teror yang banyak terjadi belakangan ini, mulai dari serangan di Mako Brimob Depok hingga penyerangan gereja di Jawa Timur.
"Sepanjang 2018 hingga bulan September, 353 terduga teroris berhasil di tangkap. 170 diantaranya sudah ditetapkan sebagai tersangka dan 25 orang lainnya terpaksa diberikan tindakan tegas karena membahayakan aparat keamanan," jelasnya.
Amrizal menerangkan, kebanyakan teroris melakukan hal itu karena mereka memperoleh informasi yang salah. "Dibenak mereka jika mati dalam menjalankan aksi teror maka sudah ada 72 bidadari yang menunggu. Padahal jelas Islam mengajarkan kelembutan pada setiap umatnya bukan kekerasan," tuturnya.
Saat ini kata Amrizal, masyarakat dituntut harus cerdas dalam menyaring informasi beredar. "Tanya kepada hati sendiri, apakah informasi itu benar. Kalau tidak ada manfaatnya buat apa di sharing, jika hanya menimbulkan kegaduhan," tandasnya.
Pada kegiatan itu juga dilakukan pengukuhan Kepengurusan Komunitas Jurnalis Damai yang dilantik oleh ketua FKPT Sumut Zulkarnaen Nasution. Kepada para jurnalis yang tergabung di komunitas ini ia berharap agar mampu menjadi pionir yang memberi manfaat informasi dalam mencegah paham- paham radikalisme di tengah masyarakat.