Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Solo. Tatapannya fokus ke arah 10 pin yang berjajar jauh di hadapannya. Tangan gadis berusia 32 tahun ini mantap menggenggam bola boling dan... Strike!
Dialah Elsa Maris, atlet parabowling yang terlihat saat latihan di Bengawan Sport, Jebres, Solo, Jumat (21/9/2018) sore. Dia digadang-gadang bakal memboyong medali emas Asian Para Games 2018.
Elsa merupakan atlet kelas TPB-4 atau tuna grahita. Tim menargetkan atlet asal Palembang itu bisa meraih satu emas lewat nomor single dan satu perunggu lewat nomor double.
Sehari-hari dalam pemusatan latihan nasional (pelatnas) di Solo, Elsa selalu ditemani ibunya. Sang ibu, Hazada, bertugas membantu Elsa berkomunikasi dengan orang lain.
Hazada menceritakan anak bungsunya itu lahir dengan kondisi tuna grahita. Hal tersebut tak lantas membuatnya berkecil hati.
"Dulu waktu kecil saya sekolahkan, tapi hasilnya enggak bagus, saya stop. Fokus ke olahraga saja. Papanya support terus," kata Hazada sambil menyaksikan Elsa latihan.
Beberapa olahraga pernah dicoba, seperti basket, namun tidak berhasil. Akhirnya Elsa menemukan kecintaannya terhadap boling, hingga kini menjadi atlet.
"Tahun 2004 itu diajak jalan-jalan papanya ke mal, lihat alat olahraga, ternyata suka bola boling. Lalu mulailah latihan," lanjutnya.
Diam-diam, latihan Elsa juga diperhatikan pelatih daerah maupun nasional. Meyakini bakat Elsa, pelatih-pelatih itu mengajaknya bergabung di PON 2008.
"Itu PON orang normal, Elsa dapat perunggu. Terus ikut event-event di daerah. Baru tahun ini ditawari gabung NPC (National Paralympic Committee).".
Pelatih parabowling, Waluyo, meyakini Elsa dapat memperoleh hasil terbaik. Sebelumnya, tim telah melakukan uji coba di Malaysia, hasilnya pun Elsa memperoleh dua medali emas dan satu perunggu.
"Kita sudah melihat tim-tim negara lain di situ. Target kita satu emas dari Elsa. Namun semoga targetnya meleset ke atas," papar Waluyo. (dts)