Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta
Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) turut senang saat Kemenpar meraih The Best Ministry Of Tourism atau Best National Tourism Organization (NTO) di ajang TTG Travel Awards 2018 pada Kamis (20/9). ASITA juga mengatakan, Kemenpar layak menerima penghargaan terbaik se-Asia Pasifik ini.
"Track record prestasi Kemenpar luar biasa. Sangat layak mendapatkan The Best Ministry Of Tourism. Ini semua karena tangan dingin Menpar Arief Yahya. Karenanya, kami memberi apresiasi luar biasa atas kinerja beliau bersama jajarannya di Kemenpar," ucap Ketua Umum ASITA Asnawi Bahar, Minggu (23/09/2018).
Asnawi mengatakan ini tak bisa disikapi biasa, karena penghargaan ini merupakan sebuah pengakuan tak hanya dari dalam negeri, namun juga dari luar.
"Karena penghargaan pada dasarnya adalah sebuah legitimasi atau pengakuan. Bila kita mendapatkan penghargaan, maka self confidence kita akan naik. Kemenangan-kemenangan tersebut akan meningkatkan self confidence kita dan membawa kita untuk yakin menuju kemenangan berikutnya," jelasnya.
Menurutnya, penghargaan ini juga akan menaikkan kredibilitas Kemenpar. Apakah sudah dalam track yang benar atau tidak serta bisa menentukan apa yang akan dilakukan selanjutnya.
"Pekerjaan pelaku bisnis pariwisata yang ada di bawah ASITA adalah menindaklanjuti dengan membuat inovasi selling. Intinya, promosi dan berdagang harus lebih gencar dilakukan. Ingat, ini bukan hanya sebuah penghargaan, tapi sebuah tanggung jawab yang besar bagi organisasi kami untuk membuat berbagai paket menarik," papar Asnawi.
Lanjut dia, standarnya tentu saja mengacu pada level dunia dengan layanan dan hospitality yang mengarah ke sana. Tangan dingin Menpar juga membawa angin perubahan signifikan bagi pariwisata Indonesia. Contohnya saja, Wonderful Indonesia membukukan devisa Rp 203 triliun di 2017. Ini sudah di atas target Rp 200 triliun.
"Pertumbuhannya 35%-40%. Dengan acuan itu, saya yakin pariwisata bisa memberikan kontribusi 10%-14% bagi pertumbuhan ekonomi nasional pada 2018. Ini juga menjadi sektor paling layak investasi. Kita akan imbangi dengan inovasi-inovasi baru," terangnya.
Efek positif makro lainnya, kata Asnawi adalah kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB). Di tiga tahun terakhir, trend-nya selalu naik. Pada 2017, kontribusi sektor pariwisata pada PDB 5%. Jumlah ini naik 0,5% dari 2016 dengan riil 4,5%.
Lalu, kontribusi 4,23% untuk PDB 2015. Serapan tenaga kerjanya juga tumbuh sebanyak 12 juta orang pada 2017. Padahal, di tahun 2016 hanya 11,8 juta orang dan 11,4 juta orang pada rentang 2015.
Begitupun aspek makro yang terus on. Kontribusi pariwisata pada tahun ini dipatok 5,25% lalu 2019 digenapi menjadi 5,5%. Target devisa juga dipasang Rp 223 triliun di 2018 dan naik menjadi Rp 280 triliun di tahun depan. Serapan tenaga kerja diproyeksikan sebanyak 12,6 juta orang di tahun ini. Untuk tahun depan, angkanya didorong menjadi 13 juta orang.
"Poin terpentingnya adalah selling. Award ini memiliki pengaruh yang besar terhadap proses perdagangan di industri pariwisata. Pasar semakin percaya dengan produk yang ditawarkan. Sebab, banyak aspek yang sudah teruji secara kualitasnya," sambung dia.
Arief Yahya sangat optimis dengan segala hal ini. Dia berkeyakinan pariwisata Indonesia di era ini menjadi sektor unggulan.
"Ini semua karena Presidennya sangat concern terhadap pariwisata. Di era Jokowi, pariwisata ditempatkan sebagai sektor unggulan, selain infrastruktur, maritim, pangan, dan energi," kata Arief.
Arief juga serius untuk komitmennya dalam membuat pariwisata sebagai sektor prioritas.
"Sangat commited! Presiden Jokowi bahkan sudah menginjakkan kaki ke destinasi top di Tanah Air. Sebut saja, Raja Ampat-Papua, Labuan Bajo-NTT, Lombok-NTB, Borobudur-Jateng, Danau Toba-Sumut, Tanjung Kelayang-Belitung, Tanjung Lesung-Banten, Mandeh-Sumbar, Mentawai-Sumbar, Nias-Sumut, dan lainnya. Itu menunjukkan perhatian yang sangat sangat serius," jelas Arief.
Ini yang disebut Arief dengan istilah CEO Commitment. Jika orang nomor satunya mau, maka semua bisa terjadi.
"Tugas CEO itu menentukan arah dan mengalokasikan sumber daya, baik manusia maupun budgeting. Karena itu, di pariwisata ditempatkan orang terhebat dan didukung anggaran, yang meskipun masih terbatas, tapi sudah sedikit naik," pungkasnya.(dtt)