Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Pertumbuhan ekonomi dunia saat ini memang tak sekencang tahun tahun sebelumnya. Hal ini berdampak pada pertumbuhan ekonomi negara di dunia.
China juga menjadi negara yang mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi. Namun China juga berupaya untuk memperbaiki kualitas pertumbuhan.
Pendiri Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Dino Patti Djalal menjelaskan China adalah negara yang mampu mengontrol kekuatan perdagangan di setiap negara di Asia Tenggara termasuk di Indonesia.
Sejak periode 2007 ekonomi China terus mengalami penurunan dari 14,2% menjadi 6,9% pada 2017.
Indonesia juga bisa belajar soal perbaikan kualitas dari China. Apalagi saat ini hubungan dagang Indonesia dan China juga cukup baik.
"Perdagangan China sangat besar dengan Indonesia, selain itu dari pariwisata juga besar, bisa dilihat dari banyaknya turis asal China yang masuk ke Indonesia. Hotel-hotel di Bali juga jika musim liburan full booked oleh turis China," ujar Dino dalam acara Seminar RMB Global Network Seminar di Hotel Grand Hyatt, Rabu (26/9/2018).
Dino menjelaskan, saat ini memang China berambisi untuk mewujudkan Belt and Road Intitiative (BRI) dan Silk Road Economic Belt. Jika proyek ini sudah selesai maka China akan menjadi negara yang paling sukses di masa depan dan berpotensi mengalahkan Amerika Serikat (AS).
Dia menambahkan saat ini Renminbi memang menjadi salah satu mata uang yang diperhitungkan di pasar keuangan. Pasalnya, RMB saat ini menjadi mata uang yang terkuat ketiga setelah dolar AS dan Euro.
Ekonom Senior Bank of China Tristan Zhou menjelaskan China saat ini memang sedang memperbaiki kualitas pertumbuhan ekonomi. "Saat ini China memang fokus untuk memperbaiki kualitas pertumbuhan ekonominya," ujar dia.
Sekarng neraca transaksi berjalan China masih mencatatkan surplus. China juga masih menjadi kontributor terbesar surplus neraca perdagangan dengan mitra dagang seperti Amerika Serikat (AS).(dtf)