Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Kuala Lumpur. Mantan Perdana Menteri (PM) Malaysia Najib Razak disebut pernah berusaha 'menyuap' Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dengan janji-janji untuk membantu perekonomian negara superpoweritu. Hal ini disampaikan oleh PM Malaysia saat ini, Mahathir Mohamad.
Seperti dilansir Malay Mail, Sabtu (29/9/2018), dalam wawancara dengan Editor Eksekutif Hoover Institution di Stanford University, Tunku VaradaraJanuary, yang dirilis Wall Street Journal (WSJ), Mahathir menyebut Najib pernah 'berusaha menyuap' Trump 'dengan menawarkan untuk membeli pesawat dan sebagainya'.
"Dia (Najib-red) sebenarnya mengatakan dirinya ingin membantu perekonomian Amerika Serikat. Malaysia adalah negara kecil. Kita tidak bisa membantu orang-orang," sebut Mahathir dalam wawancara itu.
Mahathir merujuk pada pernyataan-pernyataan Najib saat melakukan kunjungan kerja ke AS pada September 2017. Saat itu, Najib sempat bertemu dengan Trump. Dalam kunjungan saat itu, Najib menuturkan kepada Trump bahwa Malaysia datang dengan 'tawaran bernilai kuat' dan ingin membantu 'memperkuat perekonomian AS'.
Saat itu, Najib menyebut tiga rencana yang dimaksudnya, termasuk membuat maskapai nasional Malaysia Airlines Berhad membeli pesawat dari perusahaan AS Boeing Aircraft Corporation senilai US$ 10 miliar dan berusaha membujuk maskapai swasta AirAsia Berhad membeli mesin buatan AS.
Najib juga menyoroti soal rencana perusahaan pensiunan Malaysia, Employees Provident Fund, untuk menanamkan investasi US$ 3-4 miliar untuk mendukung pengembangan infrastruktur AS. Rencana itu diluar investasi yang sudah ada di AS yang mencapai US$ 7 miliar. Tak hanya itu, Najib juga menyinggung soal rencana perusahaan investasi nasional, Khazanah Nasional, untuk meningkatkan investasi pada perusahaan-perusahaan teknologi canggih di AS, di luar investasi yang sudah berjalan sebesar US$ 400 juta.
Dalam wawancara yang sama, Mahathir juga bicara soal pandangannya mengenai tindak korupsi. Sebelum kembali menjabat menjadi PM Malaysia, Mahathir berjanji akan memberantas praktik korupsi yang marak selama kepemimpinan Najib.
"Saya meyakini bahwa jika pemimpinnya tidak korup, maka level korupsi tidak akan sangat tinggi," ucapnya. "Apa yang terjadi adalah sang perdana menteri sendiri sungguh korup, korup secara terang-terangan, dan karena itu, korupsi menyebar luas ke seluruh mesin pemerintahan dan komunitas bisnis," imbuh Mahathir merujuk pada Najib.
Ditambahkan oleh Mahathir bahwa pemerintah Malaysia tidak akan mencapai kesepakatan amnesti dengan Najib, yang kini menghadapi puluhan dakwaan pidana terkait skandal mega korupsi 1Malaysia Development Berhad (1MDB). "Dia (Najib-red) mengklaim dia bisa menjelaskan semuanya, bahwa dia tidak mengambil uangnya. Dia itu tergantung pada hakim, untuk menilai pembelaannya terhadap bukti-bukti jaksa," ujar Mahathir.
Dalam kurun waktu tiga bulan ini, Najib dijerat total 32 dakwaan untuk dua kasus berbeda. Dalam kasus pertama terkait aliran dana 42 juta Ringgit dari bekas unit perusahaan 1MDB, SRC International Sdn Bhd, Najib dijerat tujuh dakwaan yang terdiri atas tiga dakwaan pidana untuk pelanggaran kepercayaan, tiga dakwaan pencucian uang dan satu dakwaan penyalahgunaan kekuasaan.
Sedangkan untuk kasus kedua terkait aliran dana 2,3 miliar Ringgit (Rp 8,2 triliun) dari 1MDB ke rekeningnya, Najib dijerat 25 dakwaan yang terdiri atas 21 dakwaan pencucian uang dan empat dakwaan penyalahgunaan kekuasaan untuk menerima gratifikasi. (dtc)