Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta
Tekanan terhadap rupiah akan terus berlangsung hingga tahun depan. Kondisi ini berkaitan dengan normalisasi kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed).
Demikian disampaikan mantan Menteri Keuangan (Menkeu) Chatib Basri dalam acara Economic Outlook 2019 di Jakarta, Rabu (3/10/2018).
"Kita akan melihat pressure terhadap rupiah akan terus terjadi sampai Juni 2019. Kalau orang berharap rupiah akan terjadi penguatan, kalau saya tidak, karena kita akan berada pada cycle," ujar Chatib.
Dia menerangkan, pada periode 2007-2008 suku bunga acuan The Fed berada pada level 3,5%. Tapi, krisis global membuat The Fed menurunkan bunga hingga 0,25% untuk mendorong aliran modal keluar dan memacu perekonomian.
"Dalam sepuluh tahun terakhir kita hidup dalam dunia dengan bunga rendah," ujarnya.
Saat ekonomi AS pulih terlihat pengangguran yang menurun dan inflasi meningkat, The Fed akan kembali melakukan penyesuaian. The Fed, kata dia, akan mengembalikan posisi suku bunga dalam keadaan semula.
Artinya, kata dia, jika saat ini suku bunga acuan 2,25% maka The Fed akan menaikkan suku bunga beberapa kali lagi hingga mendekati 3,5%.
"Sekarang Fed Fund Rate 2,25%, artinya tahun ini Fed harus menaikkan at least satu kali lagi, tahun depan dua atau tiga kali. Kalau saya bikin sekali naik 25 basis poin maka Fed Fund Rate pada akhir 2019 pada kisaran 3,25 atau mungkin 3%," terangnya.
Dia mengatakan, Bank Indonesia (BI) akan terus merespons kenaikan suku bunga bank acuan tersebut.
"Kalau Fed Fund Rate 3,25% maka respons Bank Indonesia, setiap kenaikan Fed Fund Rate 25 basis poin maka BI harus menaikkan interest rate 25 basis poin. Itu persis yang terjadi 2 hari lalu," terang Chatib.
"Kalau Fed Fund Rate naik dari 2,25% menjadi 3,25% berarti harus ada kenaikan at least 100 basis poin dari sekarang untuk BI rate," tuturnya.(dtf)