Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Saat ini, isu mengenai anggur berformalin dan apel berlapis lilin tengah merebak di media sosial (medsos). Hal tersebut, tentu sangat meresahkan masyarakat, karena dikhawatirkan akan berdampak bagi kesehatan bila mengkonsumsinya.
Kapolda Sumatera Utara (Sumut) Irjen Pol Agus Andrianto mengatakan, padahal isu tersebut sama sekali tidak benar. Karena kata dia, berdasarkan sidak pasar yang telah dilakukannya beberapa waktu lalu, sama sekali tidak ada ditemukan adanya anggur berformalin atau apel berlapis lilin itu beredar.
"Isu anggur berformalin dan apel berlapis lilin yang beredar di media sosial tersebut tidak benar," ungkapnya kepada wartawan, Jumat (12/10/2018).
Karenanya, Agus meminta agar masyarakat tidak mudah percaya dengan informasi yang belum terklarifikasi. Sebab dengan adanya isu ini justru bisa berdampak terhadap meruginya petani.
"Isu ini bisa merugikan petani. Jadi masyarakat jangan mudah percaya," jelasnya.
Agus mengaku, untuk memastikan kebenarannya, pihaknya juga telah melakukan tatap muka dan klarifikasi dengan para pedagang terkait isu anggur berformalin dan apel berlapis lilin ini. Tak hanya itu, tutur Agus, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Balai Karantina Peternakan (BKP) juga telah melakukan pengecekan langsung.
"Kita sudah minta BPOM dan BKP mengecek, apakah anggur betul yang kita lihat di media sosial mengandung formalin, kemudian apel yang banyak lilin dan lain sebagainya disampaikan pihak karantina dan BPOM ternyata itu tidak benar," pungkasnya.
Untuk itu jenderal bintang dua ini berharap, agar selalu menyampaikan informasi yang benar kepada masyarkat. Menurutnya, jangan mudah mengatakan hal yang sebenarnya tidak ada, tetapi malah di ada-adakan.
"Mohon kita sekalian menginformasikan secara benar kepada masyarakat, jangan sampai merugikan petani-petani kita terutama yang produk-produk lokal. Hal yang sebenarnya tidak ada, jangan diada adakan, sehingga membuat konsumen ketakutan untuk membeli hasil produksi pertanian kita," tegasnya.