Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Kisah penantian dalam pentas monolog berjudul "Senja di Ujung Gang'" karya Bunda Djibril Djuhra yang juga sebagai aktris pertunjukan itu, mengingatkan naskah "Menunggu Godot" karya Samuel Beckett yang meraih nobel tahun 1969.
Godot yang ditunggu-tunggu Estragon dan Vladimir, dua dari 4 tokoh dalam naskah klasik itu, tidak pernah datang. Dalam harap-harap cemas itulah, Samuel Beckett memunculkan dialog-dialog filosofis tentang harapan, kritik kemanusiaan dan ketakberdayaan manusia.
"Senja di Ujung Gang" yang akan dipentaskan secara monolog oleh Bunda Djibril juga mengisahkan kegelisahan penantian itu secara lebih realis, melalui ketokohan seorang ibu.
Sebagai istri yang tak lagi punya suami, kesendiriannya semakin lengkap. Karena sebagai ibu ia juga tak pernah dikunjungi anak-anaknya, manakala mereka sudah dibesarkan, dewasa kemudian mandiri.
Dalam penantian itu, muncul ingatan-ingatan bagaimana ia dan mendiang suaminya menjaga, merawat dan membesarkan anak-anaknya itu. Demi itu, ia dan suaminya sampai tidak sempat berbulan madu. Namun setelah dewasa, anak-anaknya itu meninggalkannya dan tak pernah pulang.
Kegelisahan itulah yang coba ditampilkan dalam pentas yang akan berlangsung, Rabu, 24 Oktober 2018, pukul 20.30 WIB, di Gedung Utama Taman Budaya Sumatera Utara (TBSU), Jalan Perintis Kemerdekaan, No 33, Medan.
Kepada medanbisnisdaily.com, Senin (15/10/2018) Bunda Djibril Djuhra mengatakan, dirinya tidak bisa menentukan realis atau tidak naskah yang dibuatnya itu. "Coba dibaca naskahnya," kata Bunda.
Pertunjukan monolog "Senja di Ujung Gang'" dimotori oleh Komunitas Bengkel Monolog yang dikomandani pegiat seni, Porman Wilson. Diskusi pasca pertunjukan akan menghadirkan beberapa penanggap jemputan dan dipandu Yan Amarni Lubis. "Bang Yan sebagai kepala montir, " kata Porman.