Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Petani gula yang tergabung dalam Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) mengaku rugi hingga Rp 2 triliun. Hal itu dikarenakan gula yang tak laku di pasaran.
Ketua Umum APTRI Soemitro Samadikoen mengatakan pihaknya ingin pemerintah untuk menghentikan impor gula baik rafinasi maupun konsumsi. Pasalnya saat ini stok gula dalam negeri telah berlebih.
Imbasnya, gula petani dalam negeri tidak laku di pasaran dan membuat kerugian mencapai Rp 2 triliun.
Angka tersebut didapat dari kerugian biaya produksi sebesar Rp 10.600 hingga Rp 11.000 per kilogram (kg). Sedangkan harga beli ganya Rp 9.700 per kg dengan begitu ada selisih harga mencapai Rp 2.000 per kg.
"Kerugian kami untuk tahun 2018 sebesar Rp 2 triliun. Itu dengan perhitungan kerugian petani itu Rp 2.000 per kg dikali 1 juta ton gula petani yang tidak laku," ungkap Soemitro di Monas, Selasa (15/10/2018).
Lebih lanjut, ia menjelaskan saat ini pasokan gula yang berlebih ada sebanyak 2,4 juta ton. Angka itu terdiri dari sisa stok 2017 sebanyak 1 juta ton, rembesan gula 2018 sebanyak 800 ribu ton, produksi gula konsumsi 2018 2,1 juta ton, impor gula konsumsi tahun 2018 sebanyak 1,2 juta ton.
Sehingga total stok gula sebanyak 5,1 juta ton. Sedangkan kebutuhan gula konsumsi hanya sebesar 2,7 juta ton. (dtf)