Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Surabaya - Namanya Ipda Rochmat Tri Marwoto, anggota Brimob Detasemen C Pelopor Polda Jatim yang bermarkas di Madiun. Ia mendapatkan pujian dan apresiasi banyak pihak karena menjadi orang tua asuh dari total 79 anak.
Ipda Rochmat mengaku telah mengambil anak asuh sejak tahun 2007. Anak-anak asuhnya pun beragam, dari mulai balita hingga mereka yang duduk di bangku kuliah. Beberapa dari mereka telah hidup mandiri seperti menjadi polisi, guru maupun PNS.
Dari 79 anak, kini tinggal 20 anak yang tinggal di rumahnya. Kebanyakan dari mereka adalah anak jalanan, korban KDRT, anak yatim piatu maupun anak dari keluarga yang kurang mampu. "Dari 20 anak itu, dua di antaranya masih balita jadi harus diurus sama istri," tandasnya kepada detikcom beberapa waktu lalu.
Ditambahkan sang istri, Helmiyah, tidak mudah menjadi orang tua asuh bagi anak-anak ini, apalagi untuk membiayai pendidikan 18 anak sekaligus. Ia dan suami harus memutar otak, salah satunya dengan membuka usaha sampingan, yaitu kios buah dan toko kelontong.
Bahkan demi bisa memenuhi kebutuhan serta membiayai sekolah mereka, Ipda Rochmat dan Helmiyah pernah menggadaikan sertifikat rumah mereka ke bank.
Saat itu masih di tahun 2007 atau saat mereka pertama kali mengambil anak asuh. Helmiyah beralasan gaji Ipda Rochmat, yang saat itu masih berpangkat Brigadir, belum memadai. "Saya juga pernah hutang di salah satu bank sampai Rp 200 juta. Cicilannya Rp 5,3 juta setiap bulan," tambahnya.
Beban pun mulai terasa saat anak-anak asuhnya meminta uang pembayaran iuran sekolah. Rinciannya, lima anak duduk di bangku perguruan tinggi, 9 anak pelajar SMA, dua anak pelajar SMP dan dua lainnya merupakan pelajar SD.
Tak heran bila dalam sebulan, Helmiyah menyebut pengeluaran untuk SPP dan uang jajan serta transportasi mereka mencapai lebih dari Rp 4 juta. "Sebenarnya bukan beban sih, cuma perlu ekstra berpikir waktu bayar SPP. Untuk kebutuhan belanja sehari Rp 150-200 ribu, belum uang sakunya. Yang SD setiap hari Rp 3 ribu, SLTP Rp 4 ribu, SLTA Rp 5 ribu. Untuk beras sehari habis sekitar 10 kg," tuturnya.
Ipda Rochmat menambahkan, untuk anak-anak asuhnya ia juga menyiapkan 12 sepeda motor sebagai moda transportasi mereka. "Untuk sepeda motor buat sekolah saya carikan yang murah mas, yang penting bisa buat sekolah. Kasihan sekolahnya di kota agak jauh dan swasta sekolahnya," paparnya.
Ada saja donatur yang datang untuk memberikan bantuan. Besarannya pun tak banyak, berkisar Rp 500 ribu hingga 1 juta namun itu sudah cukup membantu.
"Sepanjang saya dan istri saya masih hidup, dikasih napas, saya akan tetap membantu anak-anak. Ketika mereka sudah mandiri, saya ndak mengharapkan balas budi. Saya pengen mereka sukses ke depannya, bisa memiliki pekerjaan dan hidup yang layak," tekadnya.
Bahkan tak disangka, berkat keikhlasannya, bapak satu anak ini beberapa kali mendapatkan apresiasi, mulai dari penghargaan dari atasannya, diberangkatkan umrah hingga disekolahkan agar pangkatnya bisa naik. "Alhamdulillah berkat disekolahkan Bapak Kapolda saya sekarang Ipda," pungkasnya. dtc