Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Toba Caldera World Music Festival (TCWMF) 2018 yang berlangsung di Gedung TB Silalahi Center, Soposurung, Balige, Kabupaten Tobasa, Sumatera Utara, Kamis (18/10/2018), diformulasikan bukan sebagai panggung selebrasi yang hanya menghasilkan keramaian dan polusi suara.
"TCWMF 2018 yang terlaksana berkat dukungan Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) itu, diharapkan menjadi panggung antarmusisi dan musisi dengan masyarakat untuk bersama-sama merayakan bumi lewat bunyi-bunyian," kata Direktur Festival TCWMF 2018, Irwansyah Harahap kepada medanbisnisdaily.com, Sabtu (20/10/2018).
"Merayakan bumi juga berarti upaya untuk mendengar, memahami dan mencari solusi atas berbagai persoalan menyangkut manusia alam dan interaksinya. Lewat TCWMF 2018, kita ingin menyadarkan manusia akan realita bumi tempat kita berpijak, melalui bunyi-bunyian," lanjut Irwansyah.
Ia mencontohkan, Indonesia adalah wilayah cincin api dunia sekaligus pusat gunung api dunia. Karena kondisi geografis itu, negara ini rawan dengan bencana alam, khususnya gempa bumi.
"Namun kesiapan dan pengetahuan mitigasi bencana kita masih sangat lemah. Itu karena kita belum menyadari sepenuhnya realita kehidupan kita. Karena itulah karya-karya yang ditampilkan di TCWMF 2018 berkaitan dengan tema alam, kehidupan, cinta dan kemanusiaan," terang Irwansyah.
Misalnya, lanjut Irwansyah, pertunjukan musik solo I Gusti Ayu Laksmiyani atau yang lebih dikenal dengan Ayu Laksmi. Ayu Laksmi menyuguhkan kidung pujian yang diiringi alat petik siter asal Bali.
"Demikian juga kelompok musik Suarasama yang menampilkan empat buah karya musik mereka. Karya-karya musik Suarasama itu sarat dengan tema spiritualisme, alam dan kemanusiaan," terang dosen pasca sarjana di Fakultas Ilmu Budaya USU ini.
Hal senada juga disampaikan Direktur Pemasaran BPODT, Basar Simanjuntak. Dikatakannya, kesadaran yang mau disentuh itu salah satunya dalam konteks Kawasan Danau Toba (KDT).
"Kita sadar tentang berbagai keadaan, mulai dari kerusakan hutan dan air yang terjadi di Kawasan Danau Toba. Namun semua itu harus kita jadikan tantangan. Di satu sisi, kita ingin memberdayakan potensi kepariwisataan kita secara maksimal, di sisi lain kita masih dihadapkan pada persoalan seperti yang saya katakan," ujarnya.
Melengkapi informasi, festival ini dilaksanakan oleh lembaga Rumah Musik Suarasama bekerja sama dengan pelaksana even Sopo Citra Utama Balige, Badan Pelaksana Geopark Kaldera Toba (BP GKT) Galeri Batikta dan Opereter Outbound Onestha.