Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Tiga orang anak pengidap HIV/AIDS di Kabupaten Samosir didesak untuk keluar dari sekolahnya. Bahkan mereka juga diultimatum agar keluar dari Samosir, lantaran masyarakat tidak setuju jika para bocah malang itu bergabung dengan siswa lainnya, karena dikhawatirkan dapat menularkan virusnya.
Menanggapi ini, Kepala Sekretariat Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Sumatera Utara (Sumut) Ramadhan menyampaikan, bahwasanya ada kekeliruan pemahaman masyarakat dalam hal penularan virus HIV/AIDS. Karenanya, ia menyarankan agar masyarakat dapat mengenali dulu bagaimana penularan virus mematikan ini bisa terjadi.
"Untuk penularan HIV/AIDS ini ada 4 syaratnya, yakni adanya virusnya, cukup jumlah virus, ada wadah, dan bagaimana bisa masuknya virus," ungkapnya kepada medanbisnisdaily.com, Senin (22/10/2018).
Ramadhan melanjutkan, penularan virus HIV/AIDS ini memang berasal dari cairan tubuh manusia. Kendati begitu, ia menegaskan, tidak semua cairan tubuh manusia berpotensi menularkan.
"Cairan yang berpotensi menularkan itu adalah darah, sperma, cairan vagina dan ASI. Kalau cairan keringat, ludah dan air seni, itu tidak berpotensi menularkan," sebutnya.
Ramadhan menjelaskan, untuk penularan lewat darah tentunya harus ada kontak darah agar bisa tertular. Namun penularan ini biasanya melalui transfusi darah atau jarum suntik.
"Kalau dari jarum pentul itu mustahil. Karena virusnya bakal segera mati. Di sini ada dua pendapat yang menyatakan, virus akan mati dalam hitungan 2 jam atau menit," terangnya.
Sedangkan untuk cairan sperma dan cairan vagina, ujar Ramadhan, tentunya harus ada hubungan seks dalam penularannya. Begitu juga dengan ASI, hanya bisa ditularkan ibu saat menyusui bayinya.
"Karena ketiganya masih anak-anak, jadi kalaupun ada potensi penularan, itu hanya berkaitan dengan darah saja. Akan tetapi melalui darah ini juga harus ada peristiwa tertentu untuk penularannya, misalnya kontak darah. Pertanyaannya bagaimana penularan yang dikhawatirkan masyarakat?," paparnya.
Disinggung terkait kasus yang menimpa ketiga anak di Samosir ini, Ramadhan mengaku jika pihaknya saat ini tengah berkoordinasi dengan pihak Medan Plus. Sebab kata dia, pihaknya harus bisa bergerak cepat, karena anak-anak pengidap HIV/AIDS tersebut hanya diberi tenggang waktu singkat untuk meninggalkan Samosir.
"Jadi rencana kita akan mengirimkan surat ke Komisi Perlindungan Anak Indonesia) di Jakarta. Karena ini waktunya singkat, sehingga kita bisa melahirkan sikap yang tepat," pungkasnya.
Sebelumnya, Sekretaris Eksekutif Komite HIV/AIDS Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), Berlina Sibagariang mengatakan ketiga bocah tersebut yakni satu anak yang paling kecil sekolah di PAUD dan dua orang SD negeri.
"Masyarakat di Desa Nainggolan takut anak-anak mereka tertular penyakit yang diidap ketiga bocah itu. Masyarakat menginginkan ketiganya untuk tidak bersekolah di situ lagi. Bahkan masyarakat berulangkali protes ke sekolah agar anak-anak kami ini dikeluarkan," ujarnya.
Berlina mengatakan, mediasi juga telah dilakukan pihak Komite AIDS HKBP, dengan Komite Sekolah SD negeri, masyarakat dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Samosir.
"Hasil mediasi itu menyarankan agar ketiga bocah tersebut dipindahkan dari sekolah dan menjalani homeschooling. Kami menolak saran tersebut karena home schooling akan membuat ketiganya semakin merasa terisolasi," jelasnya.
Menurut Berlina, ketiga bocah malang ini butuh sosialisasi dengan teman-temannya. Mereka bisa berkembang ketika bermain bersama teman-teman sebayanya. Namun ketika dibuat homeschooling, dikhawatirkan mereka semakin merasa terisolasi.
"Mereka bilang kenapa harus di Samosir, kenapa bukan di tempat yang lain. Menurut kami mereka akan merasa bahwa tidak punya teman dan itu akan membuat anak-anak terpuruk. Jadi kami berharap mereka diterima di sekolah," ucap Berlian.
Tak hanya itu, menurut Berliana, mereka juga mendapat ultimatum dari masyarakat bahwa ketiga anak itu harus meninggalkan Kabupaten Samosir paling lambat tanggal 25 Oktober 2018. Komite AIDS HKBP saat ini masih melakukan mediasi dengan pemerintah dan masyarakat agar hal itu tidak terjadi.
"Ada surat yang datang sama kita. Masyarakat minta paling lama tanggal 25 anak-anak ini sudah angkat kaki dari Samosir. Kita ingin adik-adik kita itu memperoleh haknya mendapatkan pendidikan," paparnya.