Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Samosir. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Samosir berkomitmen mengedepankan perlindungan dan pemenuhan hak pendidikan semua anak-anak di Samosir.
Bupati Samosir, Rapidin Simbolon, menanggapi penolakan 3 siswa-siswi terindikasi terkena ODHA bersekolah di Nainggolan, Selasa (23/10/2018) di Pangururan.
Diterangkan Rapidin, pada 20 Juli 2018 Pemkab Samosir yang difasilitasi oleh Kadis Pendidikan dan Kadis Kesehatan serta Camat Nainggolan telah memberikan pemahaman dan edukasi kepada para orangtua dan masyarakat tentang HIV/AIDS, cara penularan dan pengobatannya, dengan harapan agar menerima ketiga anak tersebut bergabung di sekolah.
Namun, katanya, para orangtua dan masyarakat tidak setuju, anak-anaknya bergabung dengan anak penderita HIV dan memilih untuk memindahkan anak mereka ke sekolah lainnya.
Beberapa pertemuan intensif dan persuasif telah dilakukan dengan pengasuh penanggungjawab Lembaga Komite HIV/AIDS HKBP untuk mencari jalan keluar. Akhirnya pada Senin (16/10/2018), rapat yang dipimpin Wakil Bupati Samosir, Juang Sinaga, dihadiri Kepala Departemen Diakonia HKBP, Komite HIV/AIDS HKBP, para orangtua, dan komite skolah mewakili masyarakat serta pejabat terkait seperti Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Dinas Perlindungan Perempuan dan Anak, Direktur RSUD, dan Camat Nainggolan, merumuskan solusi bagi pemenuhan hak pendidikan anak-anak ODHA dengan pendidikan non formal seperti kejar paket A atau lebih dikenal home schooling bagi ketiga anak, tanpa mengganggu hak pendidikan anak-anak lainnya.
Dari pertemuan itu, lanjutnya, Komite HIV AIDS HKBP tidak menerima solusi yang ditawarkan dan berkeras meminta menggabungkan ketiga anak bersama bersekolah, yang membuat peserta rapat marah pada saat itu. Saat itu mereka meminta agar HKBP memindahkan perawatan dan pengasuhan anak-anak ODHA kembali ke tempatnya semula di RSU HKBP Balige. Harapannya, anak-anak mereka kedepannya tidak tertular penyakit tersebut.
"Intinya masyarakat sudah tahu keberadaan ketiga anak bahwa mereka sudah terkena HIVAIDS sehingga masyarakat langsung menolak," ucapnya.
Lalu kemarahan masyarakat dan ketidakpuasan Komite HIV AIDS HKBP berkembang menjadi berita yang saat ini viral di media social bahkan di VOA Indonesia.
Sampai saat ini ada 5 (lima) anak ODHA yang dirawat di RS HKBP Nainggolan, Kabupaten Samosir, yakni 1 orang di PAUD Welipa a.n SV, 2 orang di SDN 2 Nainggolan yaitu, SA dan HPH dan 1 orang selesai SMP N 2 Nainggolan BHT.
Ke 3 anak yang terinfeksi ODHA (Orang Dengan HIV AIDS) dikirimkan Komite HIV AIDS HKBP yang pusat pelayanan kesehatannya di RSU HKBP Balige. Anak-anak tersebut mendapatkan perawatan kesehatan di RSU HKBP Balige. Namun sejak tahun 2016, beberapa anak dipindahkan ke RS HKBP Nainggolan, dibawah pengawasan dari Komisi HIV AIDS HKBP.
"Jadi, anak-anak ODHA ini bukan berasal dari Samosir, tetapi dirawat di Samosir oleh Lembaga Komite HIV/AIDS HKBP," pungkasnya.