Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Rangkaian pagelaran Jong Batak Arts Festival (JBAF) #5 yang digelar Rumah Karya Indonesia (RKI) dimulai hari ini, Jumat (26/10/2018), di Taman Budaya Sumatera Utara (TBSU), Jalan Perintis Kemerdekaan No 33 Medan. Di hari pertama ini ditampilkan seni budaya khusus dari etnis Simalungun.
Ada beberapa reportoar tari (tor-tor) dari etnis Simalungun. Antara lain berjudul " Ulang Songon bodat kehudanan" (jangan seperti monyet kehujanan) "Taur-taur" dan "Haruan bolon".
Reportoar "Taur-taur" adalah tor-tor yang menceritakan teknik "pedekate" ala muda-mudi masyarakat Simalungun di masa lalu.
"Dulunya kalau anak perempuan yang sudah gadis disediakan rumah, khusus untuk dia menganyam tikar. Kalau ada si pemuda yang melirik, si pemuda akan meniupkan serulingnya dari bale dan mereka akan sahut-bersahutan dari kejauhan," jelas Budayawan Simalungun Setia Darmawan.
Ia mengatakan, ini adalah tradiri yang mengisahkan cerita asmara masyarakat etnis Simalungun di masa lalu.
Selain "Taur-taur" reportoar lain dari Simalungun yang ditampilkan adalah tor-tor "Ulang Songon bodat kehudanan". Reportoar ini merupakan wejangan agar manusia tidak berlaku seperti monyet yang kehujanan. Saat berteduh di ladang warga, si monyet bukannya bersyukur, ia malah mencuri hasil ladang milik warga itu, jelas dosen Fakultas Ilmu Budaya (FIB) USU ini.
JBAF #5 sendiri akan berlangsung sampai 28 Oktober 2018. Besok, Sabtu (27/10/2018) akan digelar pertunjukan etnis dari masyarakat Karo, salah satunya "Gendang guro-guro Aron". Sedangkan Minggu (28/10/2018) digelar "Gondang Naposo" dari Batak Toba.
Salah seorang pendiri RKI, Adie Damanik mengatakan, JBAF berlangsung setiap tahun dengan tema yang berbeda-beda. Tahun ini diangkat tema "Tubuh Bhinneka". Tema ini untuk merefleksikan keberagaman yang ada di Indonesia yang diungkap dalam bahasa tari.