Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
​Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Wadah Pegawai (WP) KPK mengaitkan kasus tewasnya aktivis HAM, Munir Said Thalib, pada 2004 lalu dengan peringatan 500 hari teror terhadap Novel Baswedan. Menurut WP KPK, ada upaya penyerangan terhadap penggiat keadilan di Indonesia.
"7 September 2004, Munir Said Thalib dibunuh dalam perjalanan menuju Amsterdam untuk melanjutkan pendidikan. Pejuang Hak Asasi Manusia yang mengawal para korban mendapatkan keadilan pasca reformasi berpulang. Kematiannya membawa berbagai prasangka bahwa Munir dihabisi karena ketidaksukaan oknum-oknum mengenai keadilan yang diperjuangkannya. 13 Tahun kemudian, pada tanggal 11 April 2017, penyerangan kembali terjadi kepada salah seorang yang berupaya menegakan keadilan, yaitu Novel Baswedan," kata Ketua WP KPK Yudi Purnomo kepada wartawan, Kamis (1/11/2018).
Yudi menyatakan bukan cuma Novel yang mengalami teror. Pegawai KPK lainnya juga kerap mendapat teror dan intimidasi saat menjalankan tugas.
"Bukan hanya Novel Baswedan, KPK mencatat setidaknya ada 10 kali teror yang diarahkan kepada pegawai KPK dalam menjalankan tugasnya. Teror dan intimidasi tersebut antara lain kriminalisasi terhadap pegawai KPK, penyerbuan dan teror terhadap fasilitas KPK, ancaman bom ke rumah penyidik KPK, penyiraman air keras ke rumah dan mobil milik penyidik KPK, ancaman pembunuhan terhadap pejabat dan pegawai KPK, perampasan perlengkapan penyidik KPK, penangkapan dan penculikan terhadap pegawai KPK yang sedang bertugas, percobaan pembunuhan terhadap penyidik KPK," ucapnya.
Terkait 500 hari penyerangan terhadap Novel, Yudi berharap kasus ini mendapat perhatian penuh dari Presiden. Dia menilai perhatian penuh Presiden dibutuhkan agar kasus teror ini segera terungkap.
"Melalui peringatan 500 hari penyerangan terhadap Novel Baswedan, kami berharap Presiden memberikan perhatian penuh terhadap pengusutan kasus penyerangan kepada penggiat keadilan di Indonesia dan memastikan pengusutan kasus dilaksanakan dengan tepat dan tuntas," jelasnya.
Novel disiram air keras oleh orang tidak dikenal pada 11 April 2017 lalu. Akibatnya, Novel harus menjalani berkali-kali operasi untuk memperbaiki kerusakan matanya.
Hingga kini pelakunya juga belum terungkap. Pihak kepolisian mengatakan pengusutan kasus ini terus berjalan. (dtc)