Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta - Wakil Ketua Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid atau HNW berbicara soal video potongan pidato capres Prabowo Subianto soal 'tampang Boyolali'. Menurut HNW, pemotongan video tersebut tidak fair.
"Pertama, saya belum mendengar videonya ya, hanya selentingan-selentingan tetapi mendengar secara langsung belum, membuka secara langsung belum, jadi saya tidak tahu persis apa yang dibicarakan," kata Hidayat di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (2/11/2018).
"Tapi bahwa kalau itu kemudian dipotong-potong untuk kepentingan politik tertentu, untuk menghadirkan sebuah agenda politik tertentu, menurut saya itu tidak fair," imbuh dia.
HNW menyebut video potongan itu termasuk kategori hoax. Prabowo, katanya, bisa dirugikan.
Selain itu, HNW menyebut Prabowo bukan tipikal sosok yang suka menjelek-jelekkan bangsa sendiri. Malah, lanjutnya, Prabowo merupakan sosok pejuang bangsa.
"Setahu saya Pak Prabowo tidak mempunyai sifat yang 'mendikotomikan' apalagi menjelek-jelekkan warga bangsanya sendiri. Setahu saya, Pak Prabowo selalu berada di pihak yang ingin membela warga bangsanya, memperjuangkannya dan karenanya pastilah narasi beliau tidak menjelek-jelekkan, membuat pertentangan kelas antarwarga tentu tidak," tegas anggota DPR itu.
PKS Soal Potongan Video Prabowo Bicara 'Tampang Boyolali': Tidak FairFoto: Gibran Maulana Ibrahim/detikcom
Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Faldo Maldini, telah melihat dan menanggapi video tersebut. Faldo mengatakan Prabowo sebenarnya berbicara soal akses kesejahteraan.
"Ini soal akses kesejahteraan. Di Jakarta pun, ada orang yang tidak tampang Jakarta. Tentu maksudnya, Jakarta sebagai pusat segalanya, masih banyak yang belum sejahtera. Itu yang sedang dibenahi terus, semakin baik sampai hari ini," kata Faldo saat dikonfirmasi hari ini.
Faldo lalu membahas konteks pernyataan yang disampaikan Prabowo dalam video terpotong tersebut. Intinya, kata Faldo, Prabowo ingin mengangkat derajat kesejahteraan orang-orang yang masih tergolong miskin di Indonesia.
"Orang miskin tidak boleh masuk hotel mewah, ini metafor, pemerintah selama ini gagal membuat orang lebih sejahtera. Bukan hotel mewahnya yang harus dibuka untuk orang miskin, tetapi orang miskinnya yang harus diangkat kesejahteraannya. Kayak tinju aja, kalau berat badan tidak cukup, bukan kelasnya yang diturunkan, tetapi berat petinjunya yang dinaikan," tegas Faldo. dtc