Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Mahfud MD mengingatkan milenial agar menjaga moral dan memegang teguh nilai-nilai Pancasila. Anak muda diminta menghindari korupsi.
"Persoalannya kita itu mempunyai problem moral sekarang, kesetiaan kepada Republik itu kadangkala kalah dengan ketamakan pribadi," kata Mahfud, saat membuka diskusi Indonesia Emas 2045, di Universitas Al Azhar, Jl Sisingamangaraja, Jakarta Selatan, Rabu (7/11/2018).
Mahfud mencontohkan, berbedanya kebijakan investasi di Indonesia dengan Malaysia meski sama-sama mengadopsi perjanjian internasional WTO 1984. Perjanjian WTO 1984 menggunakan asas kesamaan di mana setiap lalu lintas perdagangan terbuka tanpa diskriminasi.
"Saya orang hukum, saya beri contoh di bidang hukum. Kalau saudara pergi jalan lalu lihat ada Petronas Shell di pinggir jalan. Tapi saudara jangan pikir kalau jalan ke Malaysia ada Pertamina di pinggir jalan. Yang terjadi adalah kalau orang Malaysia mau investasi di Indonesia syaratnya ringan sekali, tapi ketika misal saudara mau investasi di Malaysia bikin Pom bensin 5, satu Pom harus bangun kilang yang produktif 10 rahun, di sini enggak," imbuhnya.
Menurut Mahfud, Malaysia menggunakan asas perlindungan kepentingan bangsa. Sementara Indonesia berpegang teguh dengan perjanjian WTO 1984 apa adanya, tanpa pembatasan.
"Kenapa Malaysia nggak buka pintu. Karena Malaysia ada UU agreement yang sama tetapi pakai asas lain, asas perlindungan kepentingan bangsa. Nah Indonesia tampaknya nggak pakai asas perlindungan kepentingan bangsa seperti Malaysia pakai sehingga orang Indonesia (investasi) ke sana susah orang Malaysia masuk sini mudah," kata Mahfud.
"Ini apakah yang nyusun UU ini orang pintar atau bodoh. Mungkin secara sepintas kita tunduk dengan perjanjian internasional, tapi Malaysia dan negara lain kenapa enggak. Nah mau dibilang bodoh juga nggak mungkin orang indonesia. Dugaan yang paling rasional ya polusi. Kebijakan-kebijakan kita itu banyak di beli. Mental kita yang bobrok, birokrasi kita itu menjual kebijakan-kebijakan itu," sambung Mahfud.
Menurut Mahfud, salah satu cara mencegah praktik dagang kebijakan itu misalnya dengan memperbaiki sistem rekrutmen partai politik.
"Jadi negara kita itu banyak yang tergadai sekarang. Kedaulatan kita dimana saudara akan menguasai, memimpin Indonesia emas nantinya sebenarnya akan menghadapi persoalan seperti itu. Bagaimana menghadapi ini, Anda semua lah yang menyiapkan mental menghadapi ini," ujar Mahfud.
"Kita kedepankan pendidikan pancasila dan ideologi di dunia pedidikan politik karena politk itu. Jadi semua hulu kebijakan negara kalau rekrutmen politiknya jelek bahan yang muncul dari proses politiknya jelek, maka negara ini juga akan jelek," imbuhnya.
Selain Mahfud, acara ini dihadiri Rektor Universitas Al Azhar Asep Saefuddin, Yenny Wahid, aktor Reza Rahardian dan Prasetyo Andy Wicaksono. (dtc)