Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Melihat tren penguatan mata uang rupiah, tim analis pasar uang Bank Mandiri merevisi proyeksi dolar Amerika Serikat (AS) tahun ini. Sebelumnya diprediksi dolar AS tahun ini Rp 15.600, kemudian direvisi menjadi Rp 14.635 di akhir tahun.
Analis Pasar Uang Bank Mandiri Reny Eka Putri merevisi proyeksi lantaran melihat ketegangan gejolak perekonomian global yang kian membaik. Selain itu beberapa waktu terakhir dana asing yang keluar mulai kembali masuk.
"Kemarin sempat revisi, sebelumnya kita prediksi Rp 15.600, tapi kemarin itu kita asumsikan tidak ada capital inflow, artinya masih terus outflow dan trade warsemakin parah. Tapi setelah itu kami perkirakan di akhir tahun bisa Rp 14.635," ujarnya, Rabu (7/11/2018).
Menurutnya di sisa akhir tahun ini ada 2 kemungkinan yang membuat rupiah bisa kembali melemah yakni rencana kenaikan suku bunga AS (Fed Rate) sekali lagi di Desember 2018 dan data neraca perdagangan RI yang kemungkinan masih defisit.
Untuk kemungkinan kenaikan suku bunga The Fed masih bisa diantisipasi dengan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) yaknk BI 7 days reverse repo rate juga satu kali lagi sebesar 25 basis point. Saat ini suku bunga BI berada di level 5,75%.
"Jadi selama tidak ada gejolak terlalu besar potensi penguatan akan berlanjut," tambahnya.
Dia menilai penguatan rupiah belakangan ini lebih karena dolar AS yang melemah terhadap mayoritas mata uang dunia. Ada dua sentimen yang membuat indeks dolar AS turun, salah satunya tercapainya kesepakatan Brexit yang membuat mata uang euro menguat.
"Brexit deals bahwa perusahaan jasa keuangan Inggris masih diperbolehkan akses ke pasar Eropa. Ini akhirnya membangun sentimen positif di market," ujarnya.
Selain itu dolar AS juga melemah setelah adanya sinyal positif dari meredanya tensi perang dagang. Presiden AS Donald Trump sudah melakukan pertemuan dengan Presiden China Xi Jinping.
Dari sisi dalam negeri, mata uang rupiah ditopang dengan data makro ekonomi. Belum lama ini BPS merilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III-2018 di level 5,17%.
"Pertumbuhan ekonomi di luar ekspektasi, ini bagus. Kalau lihat beberapa sentimen positif yang mendukung rupiah jadi lebih ke capital inflow setelah beberapa bulan terakhir dana asing keluar karena pemulihan ekonomi AS," tambahnya. (dtf)