Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Ketua Tim Kampanye Daerah (TKD) Prabowo Sandi Provinsi Sumut, Gus Irawan Pasaribu menilai pemerintah dalam mengelola negara ini seperti menajemen warung kopi. Mantan Dirut Bank Sumut tersebut mengatakan itu dalam deklarasi relawan di Gedung Serba Guna Provinsi Sumut, Jalan Wilem iskandar, Deli Serdang, Sumatra Utara, Minggu (11//11/2018).
Relawan Jokowi-Ma'ruf menanggapi pernyataan Ketua DPD Partai Demokrat Sumut itu dengan santai. Relawan menilai pernyataan Gus Irawan itu membuktikan Ketua Komisi VII DPR-RI itu jarang minum kopi.
Ketua Harian Sekretariat Bersama (Sekber) Relawan Jokowi Sumut, Sahat Simatupang, mengatakan, politikus dan partai yang dulu kalah di Pilpres 2014 akan terus menyerang pemerintahan saat ini dengan menebar narasi kekhawatiran seolah Indonesia akan runtuh karena dipimpin Jokowi.
Narasi dan isu yang dibangun lawan politik Jokowi, sambung Sahat, seolah-olah ekonomi Indonesia buruk karena dikelola seperti manajemen warung kopi.
"Padahal para politikus yang mengkritik Jokowi dengan mengatakan ekonomi sulit faktanya hidupnya bermewah-mewahan. Sikap politikus seperti itu patut dipertanyakan," kata Sahat.
Menurut Sahat, isu dan narasi yang dibangun Gus Irawan tentang ekonomi Indonesia buruk, dengan menyamakan manajemen pemerintahan Jokowi - Jusuf Kalla dengan manajemen warung kopi sebagai kekeliruan besar.
"Justru kita harus belajar banyak dari manajemen warung kopi yang terbukti kuat menghadapi krisis ekonomi yang saat ini menghantam banyak negara di dunia, termasuk Indonesia," ujar Sahat.
Gus Irawan, sambung Sahat mungkin sudah jarang minum kopi sehingga tidak tahu manajemen warung kopi, hebat.
"Gus mungkin sudah jarang minum kopi di warung kopi pinggir jalan. Kalau minum kopi di kopi waralaba Amerika atau Italia pastilah memandang sebelah mata manajamen kedai kopi," ujar Sahat.
Sebelumnya,Gus Irawan Pasaribu menilai pemerintah saat ini gagal mengelola negara. Bahkan, ia menyebut pengelolaan negara Indonesia seperti manajemen warung kopi.
Menurut Gus, hal itu bisa diubah kalau 2019 ganti presiden. "Kondisi negara sedang tidak baik, kondisi ekonomi sulit, kondisi sosial politik juga demikian. Hukum tajam ke bawah tumpu ke atas," jelasnya.